Senin, 12 November 2018

Gangguan dan Kelainan pada Sistem Perdaran Darah dan Upaya untuk Mencegah serta Menanggulanginya (Hipertensi dan Hipotensi)

HIPERTENSI DAN HIPOTENSI

Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah rendah.
Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah.
hipotensi - Alodokter
Terhambat atau terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan darah terlalu rendah, sehingga dapat menyebabkan kepala terasa ringan dan pusing. Tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran.
Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan 140/90. Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 dan disertai dengan gejala hipotensi. Sedangkan jika tekanan darah di atas 140/90, maka orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi.

Gejala Hipotensi

Tidak semua yang mengalami hipotensi akan merasakan gejala. Kondisi hipotensi juga tidak selalu memerlukan perawatan. Namun jika tekanan darah cukup rendah, kemungkinan besar bisa menimbulkan gejala-gejala seperti berikut ini.
  • Jantung berdebar kencang atau tidak teratur.
  • Pusing.
  • Lemas.
  • Mual.
  • Kehilangan keseimbangan atau merasa goyah.
  • Pandangan buram.
  • Pucat dan badan dingin.
  • Napas pendek atau cepat.
  • Pingsan.
  • Dehidrasi.
Jika mengalami gejala hipotensi, sebaiknya Anda segera duduk atau berbaring, minum air putih, dan menghentikan semua kegiatan yang sedang Anda lakukan. Gejala biasanya akan segera hilang setelah beberapa saat.
Jika Anda sering mengalami gejala hipotensi seperti yang disebutkan di atas, temui dokter untuk mengukur tekanan darah Anda dan memeriksa apakah ada penyakit tertentu yang menyebabkan timbulnya gejala seperti hipotensi.

Penyebab Hipotensi

Sebenarnya tekanan darah bisa berubah sepanjang hari, tergantung kepada kegiatan yang sedang dilakukan dan hal ini dianggap normal.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tekanan darah seseorang rendah, seperti faktor usia, pengobatan, dan kondisi cuaca.
Cuaca udara yang lebih panas bisa membuat tekanan darah menurun. Orang yang sedang rileks atau rajin berolahraga juga umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah. Selain itu jika Anda baru saja makan, tekanan darah juga bisa menurun karena banyak darah yang akan mengalir menuju saluran pencernaan untuk mencerna dan menyerap makanan.
Tekanan darah pada siang dan malam hari pun berbeda. Biasanya pada siang hari tekanan darah akan meningkat, dan malam harinya akan lebih rendah.

Penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu

Hipotensi bisa diakibatkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, beberapa di antaranya adalah:
  • Hipotensi ortostatik. Gejala hipotensi ortostatik biasanya muncul saat Anda berubah posisi secara tiba-tiba. Seseorang dengan hipotensi ortostatik mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 15-30 mm Hg ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
  • Neurally mediated hypotension. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang berdiri terlalu lama, hingga aliran darah berkumpul pada bagian bawah tubuh.
  • Dehidrasi. Dehidrasi terjadi akibat tubuh kekurangan cairan dan bisa disebabkan oleh kurang minum, puasa atau diare.
  • Efek samping pengobatan. Ada beberapa obat yang bisa menurunkan tekanan darah, seperti obat antidepresi, obat anti-hipertensi seperti alpha-blocker dan beta-blocker, obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE Inhibitor) hingga obat diuretik.
  • Anemia. Anemia merupakan kondisi di mana kandungan hemoglobin di dalam darah rendah. Salah satu gejala anemia adalah tekanan darah rendah.
  • Kehamilan. Tekanan darah pada wanita hamil biasanya lebih rendah karena sistem peredaran darahnya yang berkembang dengan cepat.
  • Ketidakseimbangan hormon. Penyakit seperti diabetes atau penyakit Addison menyebabkan gangguan produksi hormon. Hal ini bisa berdampak pada keseimbangan kadar air dan mineral tubuh, serta tekanan darah.
  • Penyakit saraf. Penyakit saraf seperti penyakit Parkinson dapat menyebabkan hipotensi ketika menjangkiti sistem saraf yang mengontrol fungsi tubuh otonom seperti mengendalikan tekanan darah.
  • Perdarahan hebat. Hilangnya darah dalam jumlah besar dalam tubuh akan menurunkan asupan darah ke jaringan-jaringan di tubuh, sehingga tekanan darah tubuh akan menurun drastis. Ini merupakan kondisi mengancam nyawa yang memerlukan penanganan medis secepatnya.
  • Penyakit jantungPenyakit kronis seperti penyakit jantung menyebabkan darah tidak bisa dipompa dengan baik oleh jantung ke seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah pun menurun.
  • Infeksi darah (Sepsis). Sepsis terjadi ketika infeksi yang terjadi dalam jaringan mulai memasuki aliran darah. Akibatnya, tekanan darah akan menurun drastis. Kondisi ini mengancam nyawa dan memerlukan penanganan medis secepatnya.
  • Reaksi alergi yang parah (anafilaksis). Anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa gatal yang sangat, sesak napas, dan tekanan darah menurun drastis.

Diagnosis Hipotensi

Mengukur tekanan darah merupakan cara yang tepat dan mudah untuk mendiagnosis hipotensi. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan sebelum mengukur tekanan darah untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang tepat.
  • Mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil.
  • Istirahat minimal 5 menit.
  • Dilakukan sambil duduk dan tidak sambil bicara.
Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa cara atau tes lain untuk mendiagnosis penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu, dan sekaligus menentukan perawatan yang tepat, yaitu:
  • Elektrokardiogram (EKG). Tes ini bertujuan mendeteksi keabnormalan struktur jantung, masalah suplai oksigen dan darah ke otot jantung, serta detak jantung yang tidak teratur.
  • Ekokardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar struktur jantung dan memeriksa fungsinya.
  • Tes latihan stres. Tes ini dilakukan dengan cara membuat jantung bekerja lebih keras agar lebih mudah mendiagnosis tekanan darah. Bisa dilakukan dengan berjalan di treadmill.
  • Tes darah. Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa kadar hormon dan jika pasien mengalami anemia atau diabetes.
  • Valsalva Maneuver. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien mengambil napas panjang kemudian menutup hidung dan membuang napas melalui mulut, seperti Anda meniup suatu balon yang sangat kaku. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kondisi sistem saraf autonomi pernapasan.
  • Tes kemiringan tegak lurus (tilt table test). Tes ini biasa dilakukan bagi pasien hipotensi ortostatik untuk melihat perbedaan tekanan darah saat berbaring dan berdiri.

Perawatan Hipotensi

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko hipotensi, yaitu membatasi konsumsi minuman keras dan minum air putih yang banyak. Bagi Anda yang menyukai minuman berkafein, hindari minuman yang mengandung nutrisi tersebut di malam hari.
Mengenai pola makan, lebih sering mengonsumsi makanan dalam porsi kecil lebih baik dibandingkan mengonsumsi makanan dalam porsi besar dengan frekuensi lebih jarang. Selain itu, meningkatkan asupan garam juga bisa mencegah hipotensi.
Penderita hipotensi juga dianjurkan untuk menghindari berdiri untuk jangka waktu lama. Terutama bagi penderita hipotensi ortosatik, ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring, lakukan secara perlahan-lahan.
Jika Anda mengonsumsi obat yang mungkin menyebabkan efek samping hipotensi, dokter bisa mengubah dosis obat tersebut atau memberikan alternatif lain
Pengobatan untuk hipotensi harus dilakukan berdasarkan penyebab dasarnya. Obat untuk mengatasi hipotensi biasanya diberikan untuk menambah jumlah darah atau mempersempit arteri agar tekanan darah meningkat.
Jika Anda sedang menjalani pengobatan, periksakan tekanan darah secara rutin. Dan jika Anda mengalami efek samping, segera temui dokter. Begitu pula pada kondisi hipotensi Anda yang tidak kunjung reda atau tidak menghilang, periksakan diri Anda di instansi kesehatan terdekat untuk menghindari komplikasi kerusakan otak atau cedera saat kehilangan keseimbangan.

Tekanan darah yang normal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Tanpa tekanan, darah dalam tubuh tidak akan mengalir, lalu tidak ada oksigen atau nutrisi yang dialirkan ke jaringan dan organ tubuh lainnya. Orang bisa saja mengalami gangguan pada tekanan darahnya, seperti tekanan darah bisa menjadi sangat tinggi, yang biasa disebut sebagai hipertensi. Lalu ada juga yang tekanan darahnya bisa menjadi sangat rendah atau disebut sebagai hipotensi.
Manakah yang lebih berbahaya antara hipertensi dan hipotensi? Berikut penjelasannya.

Mengenal hipertensi atau tekanan darah tinggi

mencegah hipertensi tekanan darah tinggi
Sumber: Shutterstock
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong melawan dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung  berkontraksi / memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks yaitu ketika jantung terisi oleh darah
Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen pada tahun 2025.

Fakta lain mengenai tekanan darah tinggi

Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk Indonesia mengidap hipertensi. Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya ada peningkatan sekitar tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pasti di dunia nyata mungkin bisa lebih tinggi dari ini karena banyak orang yang tidak menyadari mereka memiliki tekanan darah tinggi.
Hipertensi disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang tapi mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa macam penyakit jantung.
Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius penyakit jantung koronergagal jantungstrokegagal ginjalkebutaan, diabetes, dan banyak penyakit berbahaya lainnya. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Apa ciri-ciri orang yang mengalami tekanan darah tinggi?

Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala ringan. Namun, kondisi tekanan darah tinggi yang parah mungkin  akan menyebabkan beberapa gejala berikut:
  • Sakit kepala parah
  • Pusing
  • Penglihatan buram
  • Mual
  • Telinga berdenging
  • Kebingungan
  • Detak jantung tak teratur
  • Kelelahan
  • Nyeri dada
  • Sulit bernapas
  • Darah dalam urin
  • Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum di atas. Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lengkap.

Mengenal hipotensi (tekanan darah rendah)

Hipotensi atau biasa dikenal tekanan darah rendah, adalah kondisi tekanan darah yang dihasilkan saat jantung memompa darah ke seluruh arteri darah dalam tubuh berada di bawah batas tekanan normal. Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan tekanan pada dinding arteri.

Tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah. Jika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal, biasanya disebut dengan tekanan darah rendah atau hipotensi. Ini juga berarti menandakan bahwa jantung, otak, dan bagian lain dari tubuh tidak mendapatkan cukup darah.

Tekanan darah yang normal, ukurannya 120/80 mm Hg, tetapi tekanan darah seseorang tiap waktunya tidak selalu sama, selalu berubah-ubah. Beberapa ahli mengatakan bahwa tekanan darah yang rendah berada pada ukuran sistoliknya 90 (angka pertama) dan distoliknya berukuran 60 (angka kedua). Perubahan tekanan darah menjadi rendah secara tiba-tiba juga berbahaya karena bisa berdampak pusing yang hebat, akibat otak gagal menerima aliran darah yang cukup.

Ada 4 jenis hipotensi yang harus Anda tahu

hipertensi maligna
Sumber: Shutterstock

1. Hipotensi postural

Jenis tekanan darah postural adalah hal yang umum. Biasanya terjadi ketika Anda buru-buru berdiri dari posisi duduk atau habis berbaring tiduran. Hipotensi jenis ini disebut juga sebagai hipotensi ortostatik. Percaya atau tidak, hasil gravitasi bisa membuat aliran darah Anda mengarah ke kaki saat Anda berdiri. Tubuh Anda mencoba untuk meningkatkan denyut jantung dan kontriksi pembuluh darah, agar pasokan darah dapat kembali ke otak. Gejala tekanan darah ini biasanya akan berupa pusing, mual dan bisa sampai pingsan.
Hipotensi postural juga bisa disebabkan oleh pemicu lainnya, yaitu seperti dehidrasi, istirahat yang lama, kehamilan, masalah jantung, keadaan yang sangat panas, varises yang membesar, diabetes dan kelainan saraf. Tidak hanya itu, tekanan darah tipe postural ini juga bisa terjadi karena pengaruh obat. Ketika Anda didiagnosis menderita darah tinggi, obat yang dipakai untuk mengatasi darah tinggi tersebut dapat menurunkan tekanan darah rendah secara drastis.

2. Hipotensi postprandial

Tekanan darah postprandial adalah kondisi yang unik, karena tekanan darah ini terjadi setelah makan. Mengapa bisa begitu, bukankah seharusnya setelah makan kita malah berenergi karena mendapatkan nutrisi lebih?
Begini, setelah makan aliran darah di tubuh akan bergerak pada saluran pencernaan Anda. Sama halnya dengan ketika Anda berdiri, darah mengumpul pada kaki. Tubuh Anda mencoba untuk melawan hal tersebut dengan meningkatkan denyut jantung Anda agar tetap dalam keadaan normal.
Namun upaya tubuh  tidak selalu berhasil, sehingga saat gagal, Anda akan merasakan kepala yang pusing, rasa ingin pingsan, atau bahkan sampai jatuh.Tekanan darah rendah tipe ini umum terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi yang sedang dalam pengobatan, atau seseorang dengan sakit gangguan sistem saraf seperti penyakit Parkinson.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi dosis obat, makan dalam porsi kecil (tapi beberapa kali makan), dan ngemil makanan rendah karbohidrat.

3. Hipotensi karena salah sinyal otak

Tekanan darah ini terjadi saat adanya ‘sinyal’ yang salah antara otak dan jantung. Penyebab dari tipe tekanan darah rendah ini adalah berdiri dalam jangka waktu yang lama, akibatnya Anda akan merasa kepala pusing, mual, hingga pingsan.
Biasanya tipe tekanan darah rendah ini menyerang anak muda. Saraf di ventrikel kiri jantung memberikan sinyal otak bahwa darah terlalu tinggi. Otak pun menurunkan denyut jantung, sehingga tekanan darah pun menurun. Hal inilah yang menyebabkan darah mengumpul di kaki dan kesulitan untuk mencapai otak.

4. Hipotensi akibat kerusakan sistem saraf

Kondisi ini dapat disebut sebagai sindrom Shy-Drager, yaitu merupakan kondisi kelainan yang langka. Ini disebabkan karena adanya kerusakan progresif pada sistem saraf otonom (sistem saraf yang mengontrol fungsi otomatis tubuh). Ciri dari tekanan darah yang rendah ini adalah Anda mengalami ciri-ciri tekanan darah rendah postural yang parah  kombinasi tekanan darah tinggi ketika Anda berbaring atau tiduran.

Perbedaan hipertensi dan hipotensi

Tekanan darah terus berubah sesuai dengan aktivitas dan kondisi tubuh. Tekanan darah terendah pada orang yang sehat terjadi saat tidur atau beristirahat. Sedangkan tekanan darah tertinggi terjadi ketika melakukan aktivitas fisik serta saat tingkat stres dan kecemasan meningkat.
Walaupun demikian, bila tekanan darah berada pada tingkat yang tinggi atau rendah di waktu yang tidak seharusnya, bisa jadi ini merupakan gangguan. Gangguan pada tekanan darah tersebut adalah hipertensi dan hipotensi. Meskipun sama-sama terjadi pada tekanan darah, keduanya jelas berbeda. Berikut perbedaan antara hipertensi dan hipotensi.

1. Besarnya tekanan pada arteri

Bila seseorang memiliki hipertensi, darah yang tadinya memiliki kadar oksigen rendah dipompa ke paru-paru, di mana persediaan oksigen diisi ulang. Namun, dinding arteri pada jantung menerima tekanan terlalu banyak tekanan secara terus-terusan. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah di atas 120/80 mmHg.
Sementara hipotensi berarti tekanan pada arteri sangat rendah sehingga darah tidak mengantarkan cukup oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh. Akibatnya, organ tubuh tersebut tidak berfungsi normal dan mungkin akan rusak, baik untuk sementara atau permanen. Hipotensi ditandai dengan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.

2. Hipertensi memiliki tahapan gejala

Hipertensi umumnya memiliki tiga tahapan sesuai dengan terus melonjaknya tekanan darah. Pada tahapan awal atau disebut dengan prahipertensi berada di sekitar 120/80 mmHg sampai dengan 140/90 mmHg.
Bila tidak diobati, tekanan darah akan melebihi 140/90 mmHg hingga 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan I. Kemudian, bila kondisi bertambah buruk maka tekanan darah bisa melebihi 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan 2.

3. Gejala dan tanda yang dirasakan

Gejala umum hipertensi meliputi sakit kepala, pusing, sesak napas, penglihatan kabur, terasa berdenyut di leher atau kepala, dan mual.
Sementara itu, gejala umum hipotensi meliputi detak jantung melambat, kepala seperti kliyengan, pusing, dan pingsan.

4. Penyebab terjadinya

Kebanyakan kasus tekanan darah tinggi pada orang dewasa terjadi secara alami (penyebab primer). Ini juga bisa berkembang seiring dengan bertambahnya umur, berat badan, faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, serta penyakit lain yang berisiko sebabkan hipertensi (penyebab sekunder), misalnya diabetes.
Sedangkan penyebab hipotensi adalah perdarahan sedang atau berat, dehidrasi, penggunaan obat-obatan tertentu, peradangan pada organ tubuh seperti pankreatitis akut yang menyebabkan tekanan darah anjlok, serta kondisi atau kelainan yang ada pada jantung.

Antara hipertensi dan hipotensi, mana yang lebih bahaya?

Sumber: Shutterstock
Hipertensi dan hipotensi tidak bisa dibandingkan tingkat keparahannya, keduanya sama-sama berbahaya. Sebab, keduanya sama-sama berisiko menyebabkan komplikasi dalam jangka panjang dan tentunya memberikan pengaruh buruk pada organ tubuh.
Komplikasi pada hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga bisa terjadi serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal dan kemungkinan penyakit lainnya. Sementara hipotensi dapat menyebabkan syok (kehilangan cairan atau darah dalam jumlah sangat banyak) yang tentu mengancam nyawa.
Tentu hidup sehat menjadi pilihan Anda, bukan? Daripada membandingkan; mana yang lebih berbahaya, sebaiknya Anda menghindari kedua gangguan tersebut. Dilansir dari Healthline, berikut pedoman untuk menjaga tekanan darah yang sehat seperti:
  • Jaga berat badan ideal. Untuk memastikan apakah berat badan Anda sudah ideal, cek di kalkultor BMI iniatau di bit.ly/indeksmassatubuh.
  • Jaga pola makan sehat dan seimbang.
  • Istirahat dan olahraga yang cukup.
  • Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol.
  • Rutin mengecek tekanan darah dan konsultasi kesehatan Anda ke dokter.

Bagaimana cara menjaga tekanan darah normal?

Perubahan gaya hidup sehat merupakan langkah penting pertama untuk menurunkan tekanan darah. Ahli kesehatan saat ini menyarankan bahwa kita semua harus:
  • Olahraga minimal 30 menit sehari
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Mengurangi konsumsi sodium (garam)
  • Meningkatkan asupan kalium
  • Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari satu atau dua gelas sehari
  • Mengonsumsi makanan yang kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak sambil mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh
  • Berhenti merokok

Ubah pola dan gaya hidup untuk jaga tekanan darah agar normal

Di sisi lain, gejala hipertensi dan hipotensi tak melulu harus ditangani dengan obat-obatan medis. Di samping konsumsi obat-obatan, perubahan gaya hidup positif seperti diet seimbang dan rendah garam, olahraga, tidak merokok dan tidak minum alkohol, dan manajemen berat badan dapat banyak membantu menurunkan tekanan darah agar tekanan darah normal selalu.  
Pengobatan alami seperti bernapas lewat perut, relaksasi otot, dan lain-lain dapat membantu menghilangkan stres penyebab tekanan darah tidak normal. Terlebih, stres emosional memengaruhi tekanan darah Anda. Jadi belajarlah untuk memilah-milih prioritas hidup dan menjauhi diri dari pemicu stres sebagai upaya dampingan yang sama penting untuk mengelola tekanan darah Anda.

Obat untuk penderita hipertensi

Obat tekanan darah tinggi yang biasanya dikombinasikan adalah kelas diuretik, beta blocker, penghambat enzim engiotensin (ACE inhibitor), angiotensin-II antagonis, dan calcium blocker.
Beberapa contohnya adalah Lotensin HCT yang merupakan kombinasi benazepril (penghambat ACE) dan Hydrocholorthiazide (diuretik), atau Tenoretic yang dikombinasikan dari atenolol (beta blocker) dengan chlortalidone (diuretik).
Diuretik sering dimasukkan ke dalam kombinasi obat darah tinggi karena risiko efek sampingnya yang lebih kecil dan manfaatnya yang mampu meningkatkan efek penurunan tensi darah dari obat utamanya.
Obat diuretik juga ditambahkan ke obat-obatan tekanan darah untuk mengatasi masalah kelebihan cairan dalam tubuh yang biasa dialami oleh orang hipertensi.

Obat untuk penderita hipotensi

1. Obat vasopressin

Obat vasopressin adalah obat untuk mempersempit pembuluh darah agar menyebabkan peningkatan tekanan darah. Obat ini biasanya digunakan untuk kasus hipotensi kritis.
Vasopressin dapat dikombinasikan dengan vasolidator (nitroprusside, nitroglycerin) untuk menjaga tekanan darah sekaligus meningkatkan kerja otot jantung. Nitroprusside digunakan untuk mengurangi beban sebelum dan setelahnya dan meningkatkan kerja jantung. Nitroglycerin secara langsung melemaskan pembuluh darah vena dan mengurangi beban sebelumnya.

2. Catecholamine

Catecholamine termasuk dalam obat adrenalin, noradrenalin, dan dopamin. Obat-obatan ini bekerja memengaruhi sistem saraf simpatetik dan pusat. Catecholamines juga berfungsi membuat jantung berdetak lebih cepat dan kuat serta menyempitkan pembuluh darah sehingga berakibat pada peningkatan tekanan darah.

3. Obat darah rendah lainnya

Beberapa obat darah rendah tertentu ditargetkan khusus untuk mengobati kondisi jantung, masalah pembuluh darah, atau masalah sirkulasi darah yang bisa menyebabkan penurunan tekanan darah. Obat-obatan ini dapat bekerja dengan cara yang berbedam, dan  satu agen dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis masalah kardiovaskular.
Beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati kondisi tekanan darah rendah yang terjadi saat Anda berdiri(hipotensi ortostatik). Misalnya, obat fludrokortison yang meningkatkan volume darah. Pada kasus hioptensi ortostatik kronis, dokter akan meresepkan obat midodrine (Orvaten)

Pada orang sehat, hipotensi yang tak menimbulkan gejala biasanya bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Namun pada beberapa orang, hipotensi dapat memicu keluhan seperti pusing, bahkan dapat mengakibatkan pingsan. Hipotensi juga dapat mengancam nyawa pada kasus-kasus yang berat.
Tekanan darah yang rendah akan menyebabkan aliran darah tidak cukup ke organ-organ vital seperti jantung maupun otak. Hal inilah yang akan menyebabkan timbulnya keluhan seperti pusing bahkan sampai pingsan.
Keluhan-keluhan lain yang dapat muncul meliputi pandangan kabur, mual, lemas, dan kehilangan konsentrasi. Pada kondisi ekstrem, hipotensi dapat menyebabkan syok yang mengancam nyawa. Hal ini ditandai dengan gejala tambahan seperti kebingungan (terutama pada orang tua), kulit yang dingin dan pucat, napas yang cepat dan dangkal, maupun denyut nadi yang cepat dan lemah.
Jadi, hipotensi yang sudah lama terjadi (kronis) tapi tidak bergejala hampir semua tidak menjadi masalah. Sebaliknya ketika hipotensi menimbulkan keluhan, hal ini yang biasanya menandakan adanya masalah kesehatan yang mendasari.

Apa penyebab hipotensi?

Penyebab terjadinya hipotensi tidak selalu jelas. Hipotensi diduga berkaitan dengan kondisi sebagai berikut :
  • Kehamilan
  • Gangguan jantung (denyut jantung lambat, gangguan katup jantung, serangan jantung, gagal jantung)
  • Gangguan endokrin (penyakit tiroid, hipoglikemia, diabetes)
  • Dehidrasi (muntah, diare, demam)
  • Kehilangan darah karena perdarahan
  • Infeksi berat (sepsis)
  • Reaksi alergi berat
  • Obat-obatan (obat tekanan darah tinggi, obat antidepresi, obat untuk penyakit Parkinson)
  • Alkohol
Jenis hipotensi yang paling umum terjadi, yaitu hipotensi postural. Hipotensi jenis ini terjadi ketika seseorang mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba ketika bangun dari tiduran atau dari duduk ke berdiri. Hal ini biasanya akan menimbulkan pusing. Apabila ini menyebabkan seseorang sampai pingsan, maka disebut sebagai sinkop vasovagal.
Hipotensi postural diperkirakan terjadi akibat kegagalan sistem kardiovaskular atau saraf untuk menyesuaikan diri dengan perubahan secara tiba-tiba.

Bagaimana menangani hipotensi?

Terapi untuk hipotensi bergantung dari penyebabnya. Hipotensi yang tidak menimbulkan gejala pada orang sehat biasanya tidak membutuhkan terapi. Penambahan elektrolit seperti garam pada makanan dapat menghilangkan gejala pada hipotensi ringan. Konsumsi kafein pada pagi hari juga dapat efektif.
Namun pada kasus berat – hipotensi sampai syok – selalu membutuhkan penanganan langsung dari tenaga kesehatan.
Bagaimana cara mencegah hipotensi?
Terdapat beberapa tips untuk mencegah terjadinya hipotensi, seperti:
  • Bergerak lambat saat pindah posisi, misalnya dari duduk ke berdiri
  • Meninggikan kepala dari tempat tidur
  • Meningkatkan konsumsi cairan
  • Menghindari duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama
  • Jangan mengganti postur atau posisi tubuh secara tiba-tiba
  • Menghindari konsumsi alkohol berlebihan dan minum minuman kafein saat malam hari
Hipotensi pada orang sehat yang tidak menimbulkan gejala biasanya tak perlu dikhawatirkan. Namun pada beberapa orang, kondisi ini dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Untuk itu, kenalilah penyebab dan cara mengatasinya agar hipotensi ini dapat ditangani dengan baik.

Sementara hipotensi berarti tekanan pada arteri sangat rendah sehingga darah tidak mengantarkan cukup oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh. Akibatnya, organ tubuh tersebut tidak berfungsi normal dan mungkin akan rusak, baik untuk sementara atau permanen. Hipotensi ditandai dengan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.
2. Hipertensi memiliki tahapan gejala
Hipertensi umumnya memiliki tiga tahapan sesuai dengan terus melonjaknya tekanan darah. Pada tahapan awal atau disebut dengan prahipertensi berada di sekitar 120/80 mmHg sampai dengan 140/90 mmHg. Bila tidak diobati, tekanan darah akan melebihi 140/90 mmHg hingga 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan I. Kemudian, bila kondisi bertambah buruk maka tekanan darah bisa melebihi 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan 2.
3. Gejala dan tanda yang dirasakan
Gejala umum hipertensi meliputi sakit kepala, pusing, sesak napas, penglihatan kabur, terasa berdenyut di leher atau kepala, dan mual.
Sementara itu, gejala umum hipotensi meliputi detak jantung melambat, kepala seperti kliyengan, pusing, dan pingsan.
4. Penyebab terjadinya
Kebanyakan kasus tekanan darah tinggi pada orang dewasa terjadi secara alami (penyebab primer). Ini juga bisa berkembang seiring dengan bertambahnya umur, berat badan, faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, serta penyakit lain yang berisiko sebabkan hipertensi (penyebab sekunder), misalnya diabetes.
Sedangkan penyebab hipotensi adalah perdarahan sedang atau berat, dehidrasi, penggunaan obat-obatan tertentu, peradangan pada organ tubuh seperti pankreatitis akut yang menyebabkan tekanan darah anjlok, serta kondisi atau kelainan yang ada pada jantung.
Antara hipertensi dan hipotensi, mana yang lebih bahaya?
Hipertensi dan hipotensi tidak bisa dibandingkan tingkat keparahannya. Sebab, keduanya sama-sama berisiko menyebabkan komplikasi dalam jangka panjang dan tentunya memberikan pengaruh buruk pada organ tubuh. Komplikasi pada hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga bisa terjadi serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal dan kemungkinan penyakit lainnya. Sementara hipotensi dapat menyebabkan syok (kehilangan cairan atau darah dalam jumlah sangat banyak) yang tentu mengancam nyawa.
Tentu hidup sehat menjadi pilihan Anda, bukan? Daripada membandingkan; mana yang lebih berbahaya, sebaiknya Anda menghindari kedua gangguan tersebut. Dilansir dari Healthline, berikut pedoman untuk menjaga tekanan darah yang sehat seperti:
-Jaga berat badan ideal. Untuk memastikan apakah berat badan Anda sudah ideal, cek di kalkultor BMI ini atau di bit.ly/indeksmassatubuh.
-Jaga pola makan sehat dan seimbang.
-Istirahat dan olahraga yang cukup.
-Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol.
-Rutin mengecek tekanan darah dan konsultasi kesehatan Anda ke dokter.

Sumber :
  • https://www.alodokter.com/hipotensi.html
  • https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hipertensi-tekanan-darah-tinggi/hipertensi-dan-hipotensi/
  • https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3584159/hipotensi-beda-dengan-hipertensi-ini-penjelasannya
  • https://lifestyle.okezone.com/read/2018/02/15/481/1859840/lebih-berbahaya-mana-tekanan-darah-tinggi-atau-darah-rendah


Gangguan dan Kelainan pada Sistem Perdaran Darah dan Upaya untuk Mencegah serta Menanggulanginya (Anemia)

ANEMIA

Penyakit anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah Anda lebih rendah dari jumlah normal.
Anemia juga bisa terjadi jika sel-sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein kaya zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Jika Anda memiliki anemia, tubuh Anda tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Akibatnya, Anda mungkin merasa lelah atau lemah. Anda juga mungkin memiliki gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala.
Jenis lain dari anemia meliputi:

Mengapa anemia tak boleh dianggap sepele?

Anemia parah atau berlangsung lama dapat merusak jantung, otak, dan organ lain dalam tubuh Anda. Anemia sangat parah bahkan dapat menyebabkan kematian.

Penyebab & Faktor Risiko

Apa penyebab anemia?

Meskipun banyak bagian tubuh yang membantu membuat sel-sel darah merah, sebagian besar pekerjaan ini dilakukan pada sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk semua sel darah.
Sel-sel darah merah yang sehat bertahan antara 90 dan 120 hari. Bagian tubuh Anda kemudian akan menghapus sel-sel darah tua. Sebuah hormon yang disebut erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal memberikan sinyal kepada sumsum tulang Anda untuk membuat lebih banyak sel darah merah.
Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel darah merah. Protein ini memberikan sel darah merah warna merah. Orang dengan anemia tidak memiliki cukup hemoglobin.
Tubuh membutuhkan vitamin tertentu, mineral, dan nutrisi untuk membuat cukup sel darah merah. Zat besi, vitamin B12, dan asam folat merupakan tiga zat yang paling penting. Tubuh mungkin tidak memiliki cukup nutrisi ini karena:
  • Perubahan pada lapisan lambung atau usus yang mempengaruhi seberapa baik nutrisi yang diserap (misalnya, penyakit celiac)
  • Pola makan yang buruk
  • Kehilangan darah dengan lambat (misalnya, karena periode menstruasi berat atau tukak lambung)
  • Operasi yang menghilangkan bagian dari lambung atau usus.
Kemungkinan penyebab anemia meliputi:
  • Obat-obatan tertentu
  • Penghancuran sel darah merah lebih awal dari biasanya (yang mungkin disebabkan oleh masalah sistem kekebalan tubuh)
  • Penyakit jangka panjang (kronis) seperti penyakit kronis ginjal, kanker, ulcerative colitis, atau rheumatoid arthritis
  • Beberapa bentuk anemia, seperti talasemia atau anemia sel sabit, yang bisa diturunkan
  • Kehamilan
  • Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukemia, myelodysplasia, multiple myeloma, atau anemia aplastik.

Siapa yang berisiko terkena anemia?

Faktor-faktor ini akan meningkatkan risiko Anda terkena anemia:
  • Pola makan kurang vitamin tertentu. Makan makanan yang rendah zat besi, vitamin B-12, dan folat secara menerus meningkatkan risiko anemia.
  • Gangguan usus. Memiliki gangguan usus yang mempengaruhi penyerapan nutrisi di usus kecil Anda (seperti penyakit celiac dan penyakit Crohn) membuat Anda berisiko anemia. Operasi pengangkatan atau operasi untuk bagian-bagian dari usus kecil Anda di mana nutrisi diserap, dapat menyebabkan kekurangan gizi dan anemia.
  • Haid. Secara umum, perempuan yang belum mengalami menopause memiliki risiko lebih besar mengalami anemia defisiensi zat besi daripada laki-laki dan wanita pasca menopause. Itu karena menstruasi menyebabkan hilangnya sel darah merah.
  • Kehamilan. Jika Anda sedang hamil, Anda mengalami peningkatan risiko anemia kekurangan zat besi karena zat besi Anda harus membantu peningkatan volume darah Anda serta menjadi sumber hemoglobin untuk bayi Anda agar dapat tumbuh.
  • Kondisi kronis. Misalnya, jika Anda memiliki kanker, ginjal atau gagal hati, atau kondisi kronis lain, Anda mungkin berisiko anemia karena penyakit kronis. Kondisi ini dapat menyebabkan kekurangan sel darah merah. Kehilangan darah kronis dan perlahan-lahan dari luka lambung atau sumber lain dalam tubuh Anda dapat menguras cadangan zat besi dari tubuh Anda, yang menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
  • Sejarah keluarga. Jika keluarga Anda memiliki sejarah dari anemia yang diturunkan, seperti anemia sel sabit, Anda juga mungkin memiliki peningkatan risiko kondisi ini.
  • Faktor-faktor lain. Riwayat infeksi tertentu, penyakit darah dan gangguan autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, dan penggunaan beberapa obat dapat mempengaruhi produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.

Gejala

Apa saja gejala anemia?

Anda mungkin tidak memiliki gejala jika mengalami anemia ringan. Jika masalah berkembang perlahan-lahan, gejala yang terjadi pertama mungkin meliputi:
  • Merasa mudah marah
  • Merasa lemah atau lelah lebih sering dari biasanya, atau saat olahraga
  • Sakit kepala
  • Masalah berkonsentrasi atau berpikir
Jika anemia semakin memburuk, gejala mungkin termasuk:
  • Warna biru hingga putih pada mata
  • Kuku rapuh
  • Keinginan untuk makan es batu, tanah, atau hal-hal lain yang bukan makanan (disebut juga ‘pica’)
  • Pusing ketika Anda berdiri
  • Warna kulit pucat
  • Sesak napas
  • Lidah sakit
  • Beberapa jenis anemia dapat memiliki gejala lainnya.

Kapan saya harus ke dokter?

Buatlah janji dengan dokter Anda jika Anda merasa lelah karena alasan yang tidak dapat dijelaskan. Beberapa jenis anemia, seperti anemia defisiensi zat besi atau kekurangan vitamin B-12 biasa terjadi.
Kelelahan memiliki banyak penyebab selain anemia, jadi jangan berasumsi bahwa jika Anda lelah Anda pasti mengalami anemia. Beberapa orang baru menyadari bahwa mereka memiliki hemoglobin rendah (yang merupakan gejala anemia) ketika mereka mendonorkan darah.
Hemoglobin rendah mungkin hanya masalah sementara yang dapat diatasi dengan makan lebih banyak makanan kaya zat besi atau minum multivitamin yang mengandung zat besi. Hal ini juga dapat menjadi tanda peringatan dari perdarahan di dalam tubuh Anda yang mungkin menyebabkan Anda kekurangan zat besi.
Jika Anda diberi tahu bahwa Anda tidak dapat mendonorkan darah karena hemoglobin yang rendah, periksalah ke dokter Anda.

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis anemia?

Untuk mendiagnosis anemia, dokter mungkin akan menguji darah Anda. Jika Anda memiliki anemia, dokter Anda mungkin perlu melakukan tes lain untuk mencari tahu apa yang menyebabkan kondisi ini.
Anemia normositik yang paling sering ditemukan oleh tes rutin yang merupakan bagian dari pemeriksaan fisik. Kondisi ini mungkin ditemukan dengan tes darah yang Anda fungsi lainnya. Jumlah darah lengkap (juga disebut CBC) dapat menunjukkan jika Anda memiliki anemia normositik.
Jika tes darah lengkap Anda menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah yang berukuran normal, dokter Anda mungkin ingin Anda untuk mendapatkan lebih banyak tes untuk melihat apa yang menyebabkan anemia. Jika Anda lahir dengan kondisi ini, anggota keluarga yang lain juga mungkin perlu diuji.
Tes darah digunakan untuk mendiagnosis beberapa jenis umum dari anemia yang mungkin termasuk:
  • Kadar zat besi, vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineral lainnya
  • Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
  • Jumlah retikulosit
Tes-tes lain mungkin dilakukan untuk menemukan masalah medis yang dapat menyebabkan anemia.

Apa tes medis lainnya yang dapat membantu diagnosis?

Jika Anda menerima diagnosis anemia, dokter Anda mungkin memerintahkan tes tambahan untuk menentukan penyebab yang mendasari kondisi ini.
Misalnya, anemia kekurangan zat besi dapat mengakibatkan perdarahan kronis ulkus, polip jinak di usus besar, kanker usus besar, tumor atau masalah ginjal.
Kadang-kadang, mungkin perlu untuk mempelajari sampel sumsum tulang Anda untuk mendiagnosis anemia.

Obat & Pengobatan

Apa pengobatan untuk anemia?

Pengobatan harus diarahkan pada penyebab anemia, dan mungkin termasuk:
  • Transfusi darah
  • Kortikosteroid atau obat lain yang menekan sistem kekebalan tubuh
  • Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang Anda membuat lebih banyak sel darah
  • Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya

Apa komplikasi yang mungkin terjadi karena anemia?

Jika tidak diobati, anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
  • Kelelahan berat. Ketika anemia cukup parah, Anda mungkin begitu lelah sehingga Anda tidak dapat menyelesaikan tugas sehari-hari. Anda mungkin terlalu lelah untuk bekerja atau bermain.
  • Masalah jantung. Anemia dapat menyebabkan denyut jantung yang cepat atau tidak teratur – yang disebut aritmia. Jantung Anda harus memompa lebih banyak darah untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dalam darah ketika Anda anemia. Hal ini bahkan dapat menyebabkan gagal jantung kongestif.
  • Kematian. Beberapa anemia yang diwariskan, seperti anemia sel sabit, bisa serius dan menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat menyebabkan anemia berat dan bisa berakibat fatal.

Bagaimana saya bisa mengatasi anemia saya?

Sering kali, Anda dapat mengobati dan mengendalikan anemia. Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala anemia, carilah diagnosis dan pengobatan yang tepat. Pengobatan dapat meningkatkan tingkat energi dan aktivitas Anda, meningkatkan kualitas hidup Anda, dan membantu Anda hidup lebih lama.
Dengan pengobatan yang tepat, banyak jenis anemia yang ringan dan pendek bisa diatasi. Namun, anemia bisa sangat parah, tahan lama, atau bahkan fatal ketika hal itu disebabkan oleh penyakit yang diturunkan atau penyakit kronis atau trauma.

Pilih makanan kaya vitamin

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari anemia defisiensi zat besi dan anemia defisiensi vitamin dengan memilih diet yang mencakup berbagai vitamin dan nutrisi, termasuk:
  • Zat besi. makanan yang kaya zat besi termasuk daging sapi dan daging lainnya, kacang-kacangan, lentil, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
  • Folat. nutrisi ini, dan bentuk asamnya sintetis folat, dapat ditemukan dalam buah jeruk dan jus, pisang, sayuran berdaun hijau gelap, kacang-kacangan, dan roti, sereal serta pasta.
  • Vitamin B-12. Vitamin ini ditemukan secara alami dalam daging dan produk susu. Vitamin ini juga ditambahkan ke beberapa sereal dan produk kedelai, seperti susu kedelai.
  • Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C (seperti buah jeruk, melon dan buah lainnya) membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Pertimbangkan konseling genetik jika Anda memiliki riwayat keluarga anemia

Jika Anda memiliki riwayat keluarga anemia yang diturunkan, seperti anemia sel sabit atau talasemia, bicaralah dengan dokter Anda dan mungkin juga dapat konsultasi dengan konselor genetik tentang risiko Anda dan apa risiko  dapat Anda turunkan kepada anak-anak Anda.

Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara rutin atau prosedur pengobatan khusus.
anemia - alodokter

Gejala Anemia

Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:
  • Badan terasa lemas dan cepat lelah.
  • Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
  • Detak jantung tidak beraturan.
  • Napas pendek.
  • Pusing dan berkunang-kunang.
  • Nyeri dada.
  • Tangan dan kaki terasa dingin.
  • Sakit kepala.
  • Sulit Berkonsentrasi.
  • Insomnia.
  • Kaki kram.
Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala anemia akan semakin terasa apabila kondisi yang diderita semakin memburuk. Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap merasakan lelah tanpa sebab yang jelas.

Penyebab Anemia

Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
  • Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.
  • Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.
  • Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan penyebabnya, di antaranya:
  • Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang paling umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada wanita hamil yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi pada perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia kekurangan zat besi adalah:
    • Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es (kondisi ini dinamakan pica).
    • Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.
    • Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
  • Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi, tubuh juga membutuhkan vitamin B12 dan asam folat untuk membuat sel darah merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup sehingga terjadi anemia. Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia akibat lambung tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan yang dicerna. Kondisi tersebut dinamakan anemia pernisiosa. Gejala-gejala yang umumnya dialami oleh penderita anemia kekurangan vitamin B-12 dan asam folat adalah:
    • Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.
    • Kehilangan kepekaan pada indera peraba.
    • Sulit berjalan.
    • Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.
    • Mengalami demensia.
  • Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat menyebabkan anemia karena terjadinya gangguan pada proses pembentukan dan penghancuran sel darah merah. Contoh-contoh penyakit tersebut adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid arthritispenyakit ginjal, penyakit Crohn, dan penyakit peradangan kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul pada kasus anemia akibat penyakit kronis di antaranya adalah:
    • Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.
    • Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.
    • Borok pada kaki.
    • Gejala batu empedu.
    • Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
  • Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi namun berbahaya bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah dengan optimal. Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat, penyakit autoimun, atau paparan zat kimia beracun.
  • Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit seperti leukemia atau mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel darah merah di sumsum tulang dan menimbulkan anemia. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.
  • Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.
  • Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah:
    • Kelelahan.
    • Mudah terkena infeksi.
    • Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.
    • Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
  • Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.
Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia pada diri seseorang adalah:
  • Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi makanan yang rendah vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko terkena anemia.
  • Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.
  • Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi memiliki risiko terkena anemia lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah menopause atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan darah pada saat terjadinya menstruasi.
  • Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam jumlah cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.
  • Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit kronis lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan sel darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi perdarahan juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi.
  • Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat anemia bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi yang sama. Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia sel sabit (sickle cell anemia).
  • Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena anemia. Anemia karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi pada lansia di atas 75 tahun.
  • Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan alkohol, terkena zat kimia beracun, dan efek samping dari obat dapat meningkatkan risiko anemia pada seseorang.

Komplikasi Anemia

Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
  • Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik, anemia dapat menimbulkan kelelahan berat pada penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat berpengaruh pada kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai patogen, sehingga penderita anemia lebih rentan terkena penyakit infeksi.
  • Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil yang kekurangan asam folat berisiko mengalami gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan sang ibu mengalami depresi pasca kelahiran melahirkan dan gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
    • Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
    • Berat badan di bawah normal.
    • Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.
    • Hasil tes kemampuan mental yang kurang
  • Gangguan jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan (aritmia) akibat harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung.
  • Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa menjadi serius dan mengancam hidup penderitanya. Kehilangan darah dengan tanpa penanganan yang baik dapat menyebabkan anemia berat dan kematian.

Diagnosis Anemia

Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau tidak, dokter akan melakukan langkah-langkah diagnosis sebagai berikut:
  • Pemeriksaan darah lengkap. Metode penghitungan sel darah digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter yang diukur oleh dokter adalah hematokrit dan hemoglobin dalam darah. Patokan jumlah hematokrit normal pada orang dewasa berbeda-beda di setiap laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada orang dewasa pria berkisar di 14-18 gram/desiliter dan 12-16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat juga diperiksa:
    • Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan untuk melihat struktur sel darah merah guna menentukan apakah struktur dan warna sel darah merah tersebut nomal atau tidak, terutama pada pasien anemia sel sabit.
    • Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga penyebab anemia adalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter akan memeriksa kandungan kedua zat tersebut dalam tubuh penderita untuk memastikannya.
    • Kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada dugaan anemia diakibatkan oleh kekurangan zat besi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar protein besi dalam darah yang disebut serum ferritin. Kadar serum ferritin yang rendah mengindikasikan bahwa anemia yang diderita disebabkkan oleh kekurangan zat besi.
  • Pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan penyebab utama terjadinya anemia. Beberapa kasus anemia didasari oleh masalah kesehatan tertentu, seperti luka pada suatu organ, sehingga diharuskan untuk dilakukannya pemeriksaan guna memastikannya. Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan untuk menilai fungsi sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah.
Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan beberapa hal kepada pasien untuk membantu mengetahui penyebab utama anemia, yaitu:
  • Pola makan untuk menentukan apakah pasien mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi, vitamin B-12, dan asam folat yang tinggi.
  • Pengobatan yang sedang dijalani. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada lambung atau usus, misalnya aspirin atau ibuprofen.
  • Siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu dekat, durasi yang panjang dan jumlah perdarahan yang banyak dapat menyebabkan anemia.
  • Riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi apakah ada anggota keluarga yang mengalami anemia, perdarahan gastrointestinal, atau kelainan pada darah.
  • Jadwal donor darah. Dokter akan menanyakan apakah pasien melakukan donor darah secara rutin.
Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah melakukan pengecekan riwayat medis serta gejala anemia pada pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik. Jenis-jenis pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah:
  • Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa apakah ada perdarahan internal pada saluran pencernaan pada pasien.
  • Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan pada pergelangan kaki. Gagal jantung memiliki gejala yang mirip dengan anemia
  • Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa perdarahan atau kelainan pada usus bagian bawah dan anus.
  • Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan yang menyebabkan anemia saat menstruasi. Pemeriksaan pelvis tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.

Pengobatan Anemia

Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien. Prinsip pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak dilakukan hingga diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara lain:
  • Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa suplemen yang mengandung kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat. Kelebihan zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat menimbulkan kelelahan, mual, diare, sakit kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari konsumsi suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah makan. Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
  • Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan vitamin B12, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung keduanya. Jika tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin B12 setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12 setiap bulan satu kali yang dapat berlangsung sepanjang hidup atau tergantung kepada kondisi pasien.
  • Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini karena tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika anemia bertambah parah, dokter dapat memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu hormon peningkat produksi darah dan penghilang rasa lelah.
  • Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan darah dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan. Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan transfusi darah, oksigen, dan suplemen penambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin.
  • Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencangkokan sumsum tulang apabila sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi sel darah merah yang sehat.
  • Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat bervariasi sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dapat melibatkan kemoterapi dan pencangkokan sumsum tulang.
  • Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung faktor penyebabnya. Penanganan bisa dengan menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping hemolisis, dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk menekan sistem imun yang diduga merusak sel darah.
  • Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit adalah dengan mengganti sel darah merah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit serta menambahkan cairan melalui oral maupun intravena untuk mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.
  • Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi suplemen asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel punca darah dan sumsum tulang.

Pencegahan Anemia

Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain adalah:
  • Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
  • Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.
  • Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan makanan dari kedelai (tempe atau tahu).
  • Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
Jika terdapat kekhawatiran bahwa makanan yang dikonsumsi tidak mengandung cukup vitamin, disarankan untuk mengonsumsi multivitamin. Bagi vegetarian, hendaknya berkonsultasi kepada ahli gizi untuk mengatur pola makan agar kebutuhan zat besi bagi tubuh tetap tercukupi dengan baik.
Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita anemia bawaan seperti anemia sel sabit atau thalassemia, hendakya dikonsultasikan kepada dokter. Konsultasi ini bertujuan untuk memperkirakan jika terdapat risiko anemia serupa yang dapat muncul pada anak.
Anemia juga dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit malaria. Jika akan bepergian ke tempat yang umum ditemukan penyakit malaria, konsultasikan ke dokter terkait obat pencegah malaria. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk, misalnya menggunakan kelambu, obat anti nyamuk, atau insektisida.

Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya kekurangan darah, from ἀν- an-, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari jantung yang diperoleh dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Gejala anemia :
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :
  • Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
  • Letargi
  • Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
  • Kepala terasa ringan
  • Palpitasi
  • Pucat
  • Kekebalan Tubuh Menurun
Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
Tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :

Klasifikasi anemia akibat Gangguan Eritropoiesis[sunting | sunting sumber]

  1. Anemia defisiensi Besi :
    Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
  2. Anemia Megaloblastik
    Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
  3. Anemia Aplastik
    Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas. Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
  4. Anemia Mieloptisik
    Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.

    Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Jika seseorang memiliki terlalu sedikit sel-sel darah merah dan berbentuk tidak normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak akan mendapatkan cukup oksigen dan hal itu disebut sebagai penyakit anemia.
    Hemoglobin juga mempunyai peranan penting dalam menjaga bentuk sel darah merah. Normalnya sel darah merah berbentuk bulat dengan bagian tengah yang pipih menyerupai donat tanpa lubang di tengahnya. Struktur hemoglobin yang abnormal dapat mengganggu bentuk sel darah merah dan menghalangi fungsinya untuk bekerja melalui pembuluh darah.

    Faktor Penyebab Anemia

    Penyakit anemia adalah kondisi kelainan darah yang paling sering terjadi di Indonesia dan dapat menyerang siapa saja khususnya wanita, anak-anak, dan orang-orang dengan penyakit kronis. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan Anda terkena penyakit anemia adalah:
    • Wanita usia produktif (ketika masih mengalami menstruasi) sangat rentan terhadap anemia defisiensi besi karena kehilangan darah dari menstruasi serta tuntutan pasokan darah yang meningkat selama kehamilan. Menstruasi yang terlalu deras selama berhari-hari juga menjadi factor penyabab anemia.
    • Orang lanjut usia juga mungkin memiliki risiko lebih besar terkena anemia karena pola makan yang buruk dan kondisi medis lainnya. Jadi, faktor penyebab anemia yang kedua ini adalah karena usia.
    • Bentuk tertentu dari anemia adalah merupakan penyakit keturunan dan bayi mungkin dapat terkena setelah kelahirannya. Penyebab anemia yang ini adalah karena penyakit anemia muncul secara genetis atau faktor keturunan.
    Pada beberapa kasus, penyakit anemia yang terjadi selama kehamilan dapat dianggap sebagai sesuatu yang normal. Namun, beberapa jenis anemia dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berdampak hingga seumur hidup.

    Gejala Penyakit Anemia

    Jika Anda memiliki anemia, tubuh Anda tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Akibatnya, Anda mungkin merasa lelah atau lemah. Anda juga mungkin memiliki gejala lain, seperti pusing ketika berdiri, sesak napas, kuku rapuh, atau lidah terasa sakit.
    Berikut ini adalah tiga kelompok anemia yang harus Anda ketahui, antara lain:
    • Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah.
    • Anemia yang disebabkan oleh produksi sel darah merah menurun atau rusak.
    • Anemia yang disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebih.
    Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan. Biasanya hal ini terjadi secara perlahan-lahan untuk jangka waktu yang panjang dan sering kali tidak terdeteksi. Perdarahan seperti ini disebut dengan perdarahan kronis yang merupakan penyebab anemia akibat dari:
    • Perdarahan gastrointestinal seperti wasir/ambeien, gastritis (radang lambung), dan kanker di saluran cerna (kanker usus, kanker lambung, dan lain-lain).
    • Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) seperti ibuprofen, parasetamol, asam mefenamat, dan obat anti nyeri yang dijual bebas. Obat-obatan ini dapat mengikis dinding lambung dan menyebabkan perdarahan di dalam lambung.
    • Menstruasi, terutama jika perdarahan menstruasi yang berlebihan.
    • Perdarahan pasca persalinan pada wanita.
    • Perdarahan karena kondisi cacingan pada anak.

    Penyebab Anemia

    Saat tubuh terlalu sedikit memproduksi sel darah atau sel tidak berfungsi dengan baik, maka sel darah merah akan rusak karena perkembangan sel yang abnormal, kurangnya mineral dan vitamin. Kondisi yang berhubungan dengan penyebab anemia, di antaranya:
    • Anemia sel sabit adalah kelainan bawaan yang sering terjadi. Sel darah merah menjadi bulan sabit karena adanya cacat genetik. Sel darah merah membelah diri dengan cepat, sehingga oksigen tidak sampai ke organ tubuh yang pada akhirnya menyebabkan anemia. Sel-sel darah merah berbentuk bulan sabit juga bisa terjebak dalam pembuluh darah kecil sehingga menyebabkan penyumbatan, dan berakhir dengan rasa nyeri hebat pada organ yang tidak dialiri darah.
    • Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya zat besi mineral dalam tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin, bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen ke organ-organ tubuh. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hemoglobin untuk sel darah merah. Hasilnya adalah anemia kekurangan zat besi.
    • Jika Anda sedang hamil, tubuh akan berisiko mengalami peningkatan risiko kekurangan zat besi, karena Anda harus membantu peningkatan volume darah serta menjadi sumber hemoglobin untuk bayi Anda agar dapat tumbuh.
    • Memiliki gangguan usus dapat memengaruhi penyerapan nutrisi di usus kecil (seperti penyakit celiac dan penyakit Crohn) di mana hal ini membuat Anda berisiko mengalami penyakit kurang darah ini. Operasi pengangkatan atau operasi untuk bagian-bagian dari usus kecil di mana nutrisi diserap, dapat menyebabkan kekurangan gizi dan anemia.
    • Memiliki riwayat infeksi, penyakit darah, gangguan autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, dan penggunaan beberapa obat dapat memengaruhi produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.
    • Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit seperti leukemia atau mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel darah merah di sumsum tulang dan menimbulkan anemia. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.
    • Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.

    Cara Mengatasi Anemia

    Melalui cara penanganan penyakit yang tepat, banyak jenis anemia yang ringan dan pendek bisa diatasi. Namun, penyakit ini bisa sangat parah hingga bertahan lama ketika hal itu disebabkan oleh penyakit yang diturunkan, kronis atau trauma.
    Penentuan penanganan anemia diambil berdasarkan dengan penyebab mendasari penyakit tersebut. Ketika kadar hemoglobin <7 gram/dl, maka dokter akan menyarankan untuk dilakukan transfusi. Karena penyebab terbanyak dari penyakit kurang darah adalah kekurangan zat besi, maka sangat disarankan untuk mengonsumsi makan makanan yang banyak mengandung zat besi.
    Perlu diketahui, beberapa jenis penyakit kurang darah tidak dapat dihindari, akan tetap anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah penyakit ini antara lain:
    • Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, melon, brokoli, stroberi, dan tomat. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
    • Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, keju, sereal, tahu, tempe dan susu.
    • Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
    • Makanan yang kaya akan asam folat, seperti sayuran berdaun hijau gelap, buah-buahan, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, nasi, sereal, pasta, dan gandum.
    Selain mengonsumsi beberapa makanan di atas, Anda juga disarankan mengonsumsi multivitamin. Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita anemia bawaan seperti anemia sel sabit atau thalassemia, sebaiknya konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
    Penyakit anemia adalah penyakit yang merepotkan karena bisa menganggu kehidupan sehari-hari, ada baiknya Anda mendapatkan penanganan anemia khusus di rumah sakit agar dapat diketahui penyebabnya dengan pasti, mengingat penyebab anemia sangat banyak dan sulit dideteksi oleh orang awam.
    Sumber :
  • https://hellosehat.com/penyakit/anemia/
  • https://www.alodokter.com/anemia.html
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Anemia\
  • https://doktersehat.com/anemia-2/

         

        Hmm :") Template by Ipietoon Cute Blog Design