HIPERTENSI DAN HIPOTENSI
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah rendah.
Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah.
Terhambat atau terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan darah terlalu rendah, sehingga dapat menyebabkan kepala terasa ringan dan pusing. Tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran.
Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan 140/90. Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 dan disertai dengan gejala hipotensi. Sedangkan jika tekanan darah di atas 140/90, maka orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi.
Gejala Hipotensi
Tidak semua yang mengalami hipotensi akan merasakan gejala. Kondisi hipotensi juga tidak selalu memerlukan perawatan. Namun jika tekanan darah cukup rendah, kemungkinan besar bisa menimbulkan gejala-gejala seperti berikut ini.
- Jantung berdebar kencang atau tidak teratur.
- Pusing.
- Lemas.
- Mual.
- Kehilangan keseimbangan atau merasa goyah.
- Pandangan buram.
- Pucat dan badan dingin.
- Napas pendek atau cepat.
- Pingsan.
- Dehidrasi.
Jika mengalami gejala hipotensi, sebaiknya Anda segera duduk atau berbaring, minum air putih, dan menghentikan semua kegiatan yang sedang Anda lakukan. Gejala biasanya akan segera hilang setelah beberapa saat.
Jika Anda sering mengalami gejala hipotensi seperti yang disebutkan di atas, temui dokter untuk mengukur tekanan darah Anda dan memeriksa apakah ada penyakit tertentu yang menyebabkan timbulnya gejala seperti hipotensi.
Penyebab Hipotensi
Sebenarnya tekanan darah bisa berubah sepanjang hari, tergantung kepada kegiatan yang sedang dilakukan dan hal ini dianggap normal.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tekanan darah seseorang rendah, seperti faktor usia, pengobatan, dan kondisi cuaca.
Cuaca udara yang lebih panas bisa membuat tekanan darah menurun. Orang yang sedang rileks atau rajin berolahraga juga umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah. Selain itu jika Anda baru saja makan, tekanan darah juga bisa menurun karena banyak darah yang akan mengalir menuju saluran pencernaan untuk mencerna dan menyerap makanan.
Tekanan darah pada siang dan malam hari pun berbeda. Biasanya pada siang hari tekanan darah akan meningkat, dan malam harinya akan lebih rendah.
Penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu
Hipotensi bisa diakibatkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, beberapa di antaranya adalah:
- Hipotensi ortostatik. Gejala hipotensi ortostatik biasanya muncul saat Anda berubah posisi secara tiba-tiba. Seseorang dengan hipotensi ortostatik mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 15-30 mm Hg ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
- Neurally mediated hypotension. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang berdiri terlalu lama, hingga aliran darah berkumpul pada bagian bawah tubuh.
- Dehidrasi. Dehidrasi terjadi akibat tubuh kekurangan cairan dan bisa disebabkan oleh kurang minum, puasa atau diare.
- Efek samping pengobatan. Ada beberapa obat yang bisa menurunkan tekanan darah, seperti obat antidepresi, obat anti-hipertensi seperti alpha-blocker dan beta-blocker, obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE Inhibitor) hingga obat diuretik.
- Anemia. Anemia merupakan kondisi di mana kandungan hemoglobin di dalam darah rendah. Salah satu gejala anemia adalah tekanan darah rendah.
- Kehamilan. Tekanan darah pada wanita hamil biasanya lebih rendah karena sistem peredaran darahnya yang berkembang dengan cepat.
- Ketidakseimbangan hormon. Penyakit seperti diabetes atau penyakit Addison menyebabkan gangguan produksi hormon. Hal ini bisa berdampak pada keseimbangan kadar air dan mineral tubuh, serta tekanan darah.
- Penyakit saraf. Penyakit saraf seperti penyakit Parkinson dapat menyebabkan hipotensi ketika menjangkiti sistem saraf yang mengontrol fungsi tubuh otonom seperti mengendalikan tekanan darah.
- Perdarahan hebat. Hilangnya darah dalam jumlah besar dalam tubuh akan menurunkan asupan darah ke jaringan-jaringan di tubuh, sehingga tekanan darah tubuh akan menurun drastis. Ini merupakan kondisi mengancam nyawa yang memerlukan penanganan medis secepatnya.
- Penyakit jantung. Penyakit kronis seperti penyakit jantung menyebabkan darah tidak bisa dipompa dengan baik oleh jantung ke seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah pun menurun.
- Infeksi darah (Sepsis). Sepsis terjadi ketika infeksi yang terjadi dalam jaringan mulai memasuki aliran darah. Akibatnya, tekanan darah akan menurun drastis. Kondisi ini mengancam nyawa dan memerlukan penanganan medis secepatnya.
- Reaksi alergi yang parah (anafilaksis). Anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa gatal yang sangat, sesak napas, dan tekanan darah menurun drastis.
Diagnosis Hipotensi
Mengukur tekanan darah merupakan cara yang tepat dan mudah untuk mendiagnosis hipotensi. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan sebelum mengukur tekanan darah untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang tepat.
- Mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil.
- Istirahat minimal 5 menit.
- Dilakukan sambil duduk dan tidak sambil bicara.
Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa cara atau tes lain untuk mendiagnosis penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu, dan sekaligus menentukan perawatan yang tepat, yaitu:
- Elektrokardiogram (EKG). Tes ini bertujuan mendeteksi keabnormalan struktur jantung, masalah suplai oksigen dan darah ke otot jantung, serta detak jantung yang tidak teratur.
- Ekokardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar struktur jantung dan memeriksa fungsinya.
- Tes latihan stres. Tes ini dilakukan dengan cara membuat jantung bekerja lebih keras agar lebih mudah mendiagnosis tekanan darah. Bisa dilakukan dengan berjalan di treadmill.
- Tes darah. Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa kadar hormon dan jika pasien mengalami anemia atau diabetes.
- Valsalva Maneuver. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien mengambil napas panjang kemudian menutup hidung dan membuang napas melalui mulut, seperti Anda meniup suatu balon yang sangat kaku. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kondisi sistem saraf autonomi pernapasan.
- Tes kemiringan tegak lurus (tilt table test). Tes ini biasa dilakukan bagi pasien hipotensi ortostatik untuk melihat perbedaan tekanan darah saat berbaring dan berdiri.
Perawatan Hipotensi
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko hipotensi, yaitu membatasi konsumsi minuman keras dan minum air putih yang banyak. Bagi Anda yang menyukai minuman berkafein, hindari minuman yang mengandung nutrisi tersebut di malam hari.
Mengenai pola makan, lebih sering mengonsumsi makanan dalam porsi kecil lebih baik dibandingkan mengonsumsi makanan dalam porsi besar dengan frekuensi lebih jarang. Selain itu, meningkatkan asupan garam juga bisa mencegah hipotensi.
Penderita hipotensi juga dianjurkan untuk menghindari berdiri untuk jangka waktu lama. Terutama bagi penderita hipotensi ortosatik, ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring, lakukan secara perlahan-lahan.
Jika Anda mengonsumsi obat yang mungkin menyebabkan efek samping hipotensi, dokter bisa mengubah dosis obat tersebut atau memberikan alternatif lain
Pengobatan untuk hipotensi harus dilakukan berdasarkan penyebab dasarnya. Obat untuk mengatasi hipotensi biasanya diberikan untuk menambah jumlah darah atau mempersempit arteri agar tekanan darah meningkat.
Jika Anda sedang menjalani pengobatan, periksakan tekanan darah secara rutin. Dan jika Anda mengalami efek samping, segera temui dokter. Begitu pula pada kondisi hipotensi Anda yang tidak kunjung reda atau tidak menghilang, periksakan diri Anda di instansi kesehatan terdekat untuk menghindari komplikasi kerusakan otak atau cedera saat kehilangan keseimbangan.
Tekanan darah yang normal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Tanpa tekanan, darah dalam tubuh tidak akan mengalir, lalu tidak ada oksigen atau nutrisi yang dialirkan ke jaringan dan organ tubuh lainnya. Orang bisa saja mengalami gangguan pada tekanan darahnya, seperti tekanan darah bisa menjadi sangat tinggi, yang biasa disebut sebagai hipertensi. Lalu ada juga yang tekanan darahnya bisa menjadi sangat rendah atau disebut sebagai hipotensi.
Manakah yang lebih berbahaya antara hipertensi dan hipotensi? Berikut penjelasannya.
Mengenal hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong melawan dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung berkontraksi / memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks yaitu ketika jantung terisi oleh darah
Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen pada tahun 2025.
Fakta lain mengenai tekanan darah tinggi
Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk Indonesia mengidap hipertensi. Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya ada peningkatan sekitar tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pasti di dunia nyata mungkin bisa lebih tinggi dari ini karena banyak orang yang tidak menyadari mereka memiliki tekanan darah tinggi.
Hipertensi disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang tapi mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa macam penyakit jantung.
Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, diabetes, dan banyak penyakit berbahaya lainnya. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Apa ciri-ciri orang yang mengalami tekanan darah tinggi?
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala ringan. Namun, kondisi tekanan darah tinggi yang parah mungkin akan menyebabkan beberapa gejala berikut:
- Sakit kepala parah
- Pusing
- Penglihatan buram
- Mual
- Telinga berdenging
- Kebingungan
- Detak jantung tak teratur
- Kelelahan
- Nyeri dada
- Sulit bernapas
- Darah dalam urin
- Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum di atas. Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lengkap.
Mengenal hipotensi (tekanan darah rendah)
Hipotensi atau biasa dikenal tekanan darah rendah, adalah kondisi tekanan darah yang dihasilkan saat jantung memompa darah ke seluruh arteri darah dalam tubuh berada di bawah batas tekanan normal. Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan tekanan pada dinding arteri.
Tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah. Jika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal, biasanya disebut dengan tekanan darah rendah atau hipotensi. Ini juga berarti menandakan bahwa jantung, otak, dan bagian lain dari tubuh tidak mendapatkan cukup darah.
Tekanan darah yang normal, ukurannya 120/80 mm Hg, tetapi tekanan darah seseorang tiap waktunya tidak selalu sama, selalu berubah-ubah. Beberapa ahli mengatakan bahwa tekanan darah yang rendah berada pada ukuran sistoliknya 90 (angka pertama) dan distoliknya berukuran 60 (angka kedua). Perubahan tekanan darah menjadi rendah secara tiba-tiba juga berbahaya karena bisa berdampak pusing yang hebat, akibat otak gagal menerima aliran darah yang cukup.
Tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah. Jika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal, biasanya disebut dengan tekanan darah rendah atau hipotensi. Ini juga berarti menandakan bahwa jantung, otak, dan bagian lain dari tubuh tidak mendapatkan cukup darah.
Tekanan darah yang normal, ukurannya 120/80 mm Hg, tetapi tekanan darah seseorang tiap waktunya tidak selalu sama, selalu berubah-ubah. Beberapa ahli mengatakan bahwa tekanan darah yang rendah berada pada ukuran sistoliknya 90 (angka pertama) dan distoliknya berukuran 60 (angka kedua). Perubahan tekanan darah menjadi rendah secara tiba-tiba juga berbahaya karena bisa berdampak pusing yang hebat, akibat otak gagal menerima aliran darah yang cukup.
Ada 4 jenis hipotensi yang harus Anda tahu
1. Hipotensi postural
Jenis tekanan darah postural adalah hal yang umum. Biasanya terjadi ketika Anda buru-buru berdiri dari posisi duduk atau habis berbaring tiduran. Hipotensi jenis ini disebut juga sebagai hipotensi ortostatik. Percaya atau tidak, hasil gravitasi bisa membuat aliran darah Anda mengarah ke kaki saat Anda berdiri. Tubuh Anda mencoba untuk meningkatkan denyut jantung dan kontriksi pembuluh darah, agar pasokan darah dapat kembali ke otak. Gejala tekanan darah ini biasanya akan berupa pusing, mual dan bisa sampai pingsan.
Hipotensi postural juga bisa disebabkan oleh pemicu lainnya, yaitu seperti dehidrasi, istirahat yang lama, kehamilan, masalah jantung, keadaan yang sangat panas, varises yang membesar, diabetes dan kelainan saraf. Tidak hanya itu, tekanan darah tipe postural ini juga bisa terjadi karena pengaruh obat. Ketika Anda didiagnosis menderita darah tinggi, obat yang dipakai untuk mengatasi darah tinggi tersebut dapat menurunkan tekanan darah rendah secara drastis.
2. Hipotensi postprandial
Tekanan darah postprandial adalah kondisi yang unik, karena tekanan darah ini terjadi setelah makan. Mengapa bisa begitu, bukankah seharusnya setelah makan kita malah berenergi karena mendapatkan nutrisi lebih?
Begini, setelah makan aliran darah di tubuh akan bergerak pada saluran pencernaan Anda. Sama halnya dengan ketika Anda berdiri, darah mengumpul pada kaki. Tubuh Anda mencoba untuk melawan hal tersebut dengan meningkatkan denyut jantung Anda agar tetap dalam keadaan normal.
Namun upaya tubuh tidak selalu berhasil, sehingga saat gagal, Anda akan merasakan kepala yang pusing, rasa ingin pingsan, atau bahkan sampai jatuh.Tekanan darah rendah tipe ini umum terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi yang sedang dalam pengobatan, atau seseorang dengan sakit gangguan sistem saraf seperti penyakit Parkinson.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi dosis obat, makan dalam porsi kecil (tapi beberapa kali makan), dan ngemil makanan rendah karbohidrat.
3. Hipotensi karena salah sinyal otak
Tekanan darah ini terjadi saat adanya ‘sinyal’ yang salah antara otak dan jantung. Penyebab dari tipe tekanan darah rendah ini adalah berdiri dalam jangka waktu yang lama, akibatnya Anda akan merasa kepala pusing, mual, hingga pingsan.
Biasanya tipe tekanan darah rendah ini menyerang anak muda. Saraf di ventrikel kiri jantung memberikan sinyal otak bahwa darah terlalu tinggi. Otak pun menurunkan denyut jantung, sehingga tekanan darah pun menurun. Hal inilah yang menyebabkan darah mengumpul di kaki dan kesulitan untuk mencapai otak.
4. Hipotensi akibat kerusakan sistem saraf
Kondisi ini dapat disebut sebagai sindrom Shy-Drager, yaitu merupakan kondisi kelainan yang langka. Ini disebabkan karena adanya kerusakan progresif pada sistem saraf otonom (sistem saraf yang mengontrol fungsi otomatis tubuh). Ciri dari tekanan darah yang rendah ini adalah Anda mengalami ciri-ciri tekanan darah rendah postural yang parah kombinasi tekanan darah tinggi ketika Anda berbaring atau tiduran.
Perbedaan hipertensi dan hipotensi
Tekanan darah terus berubah sesuai dengan aktivitas dan kondisi tubuh. Tekanan darah terendah pada orang yang sehat terjadi saat tidur atau beristirahat. Sedangkan tekanan darah tertinggi terjadi ketika melakukan aktivitas fisik serta saat tingkat stres dan kecemasan meningkat.
Walaupun demikian, bila tekanan darah berada pada tingkat yang tinggi atau rendah di waktu yang tidak seharusnya, bisa jadi ini merupakan gangguan. Gangguan pada tekanan darah tersebut adalah hipertensi dan hipotensi. Meskipun sama-sama terjadi pada tekanan darah, keduanya jelas berbeda. Berikut perbedaan antara hipertensi dan hipotensi.
1. Besarnya tekanan pada arteri
Bila seseorang memiliki hipertensi, darah yang tadinya memiliki kadar oksigen rendah dipompa ke paru-paru, di mana persediaan oksigen diisi ulang. Namun, dinding arteri pada jantung menerima tekanan terlalu banyak tekanan secara terus-terusan. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah di atas 120/80 mmHg.
Sementara hipotensi berarti tekanan pada arteri sangat rendah sehingga darah tidak mengantarkan cukup oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh. Akibatnya, organ tubuh tersebut tidak berfungsi normal dan mungkin akan rusak, baik untuk sementara atau permanen. Hipotensi ditandai dengan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.
2. Hipertensi memiliki tahapan gejala
Hipertensi umumnya memiliki tiga tahapan sesuai dengan terus melonjaknya tekanan darah. Pada tahapan awal atau disebut dengan prahipertensi berada di sekitar 120/80 mmHg sampai dengan 140/90 mmHg.
Bila tidak diobati, tekanan darah akan melebihi 140/90 mmHg hingga 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan I. Kemudian, bila kondisi bertambah buruk maka tekanan darah bisa melebihi 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan 2.
3. Gejala dan tanda yang dirasakan
Gejala umum hipertensi meliputi sakit kepala, pusing, sesak napas, penglihatan kabur, terasa berdenyut di leher atau kepala, dan mual.
Sementara itu, gejala umum hipotensi meliputi detak jantung melambat, kepala seperti kliyengan, pusing, dan pingsan.
4. Penyebab terjadinya
Kebanyakan kasus tekanan darah tinggi pada orang dewasa terjadi secara alami (penyebab primer). Ini juga bisa berkembang seiring dengan bertambahnya umur, berat badan, faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, serta penyakit lain yang berisiko sebabkan hipertensi (penyebab sekunder), misalnya diabetes.
Sedangkan penyebab hipotensi adalah perdarahan sedang atau berat, dehidrasi, penggunaan obat-obatan tertentu, peradangan pada organ tubuh seperti pankreatitis akut yang menyebabkan tekanan darah anjlok, serta kondisi atau kelainan yang ada pada jantung.
Antara hipertensi dan hipotensi, mana yang lebih bahaya?
Hipertensi dan hipotensi tidak bisa dibandingkan tingkat keparahannya, keduanya sama-sama berbahaya. Sebab, keduanya sama-sama berisiko menyebabkan komplikasi dalam jangka panjang dan tentunya memberikan pengaruh buruk pada organ tubuh.
Komplikasi pada hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga bisa terjadi serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal dan kemungkinan penyakit lainnya. Sementara hipotensi dapat menyebabkan syok (kehilangan cairan atau darah dalam jumlah sangat banyak) yang tentu mengancam nyawa.
Tentu hidup sehat menjadi pilihan Anda, bukan? Daripada membandingkan; mana yang lebih berbahaya, sebaiknya Anda menghindari kedua gangguan tersebut. Dilansir dari Healthline, berikut pedoman untuk menjaga tekanan darah yang sehat seperti:
- Jaga berat badan ideal. Untuk memastikan apakah berat badan Anda sudah ideal, cek di kalkultor BMI iniatau di bit.ly/indeksmassatubuh.
- Jaga pola makan sehat dan seimbang.
- Istirahat dan olahraga yang cukup.
- Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol.
- Rutin mengecek tekanan darah dan konsultasi kesehatan Anda ke dokter.
Bagaimana cara menjaga tekanan darah normal?
Perubahan gaya hidup sehat merupakan langkah penting pertama untuk menurunkan tekanan darah. Ahli kesehatan saat ini menyarankan bahwa kita semua harus:
- Olahraga minimal 30 menit sehari
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Mengurangi konsumsi sodium (garam)
- Meningkatkan asupan kalium
- Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari satu atau dua gelas sehari
- Mengonsumsi makanan yang kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak sambil mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh
- Berhenti merokok
Ubah pola dan gaya hidup untuk jaga tekanan darah agar normal
Di sisi lain, gejala hipertensi dan hipotensi tak melulu harus ditangani dengan obat-obatan medis. Di samping konsumsi obat-obatan, perubahan gaya hidup positif seperti diet seimbang dan rendah garam, olahraga, tidak merokok dan tidak minum alkohol, dan manajemen berat badan dapat banyak membantu menurunkan tekanan darah agar tekanan darah normal selalu.
Pengobatan alami seperti bernapas lewat perut, relaksasi otot, dan lain-lain dapat membantu menghilangkan stres penyebab tekanan darah tidak normal. Terlebih, stres emosional memengaruhi tekanan darah Anda. Jadi belajarlah untuk memilah-milih prioritas hidup dan menjauhi diri dari pemicu stres sebagai upaya dampingan yang sama penting untuk mengelola tekanan darah Anda.
Obat untuk penderita hipertensi
Obat tekanan darah tinggi yang biasanya dikombinasikan adalah kelas diuretik, beta blocker, penghambat enzim engiotensin (ACE inhibitor), angiotensin-II antagonis, dan calcium blocker.
Beberapa contohnya adalah Lotensin HCT yang merupakan kombinasi benazepril (penghambat ACE) dan Hydrocholorthiazide (diuretik), atau Tenoretic yang dikombinasikan dari atenolol (beta blocker) dengan chlortalidone (diuretik).
Diuretik sering dimasukkan ke dalam kombinasi obat darah tinggi karena risiko efek sampingnya yang lebih kecil dan manfaatnya yang mampu meningkatkan efek penurunan tensi darah dari obat utamanya.
Obat diuretik juga ditambahkan ke obat-obatan tekanan darah untuk mengatasi masalah kelebihan cairan dalam tubuh yang biasa dialami oleh orang hipertensi.
Obat untuk penderita hipotensi
1. Obat vasopressin
Obat vasopressin adalah obat untuk mempersempit pembuluh darah agar menyebabkan peningkatan tekanan darah. Obat ini biasanya digunakan untuk kasus hipotensi kritis.
Vasopressin dapat dikombinasikan dengan vasolidator (nitroprusside, nitroglycerin) untuk menjaga tekanan darah sekaligus meningkatkan kerja otot jantung. Nitroprusside digunakan untuk mengurangi beban sebelum dan setelahnya dan meningkatkan kerja jantung. Nitroglycerin secara langsung melemaskan pembuluh darah vena dan mengurangi beban sebelumnya.
2. Catecholamine
Catecholamine termasuk dalam obat adrenalin, noradrenalin, dan dopamin. Obat-obatan ini bekerja memengaruhi sistem saraf simpatetik dan pusat. Catecholamines juga berfungsi membuat jantung berdetak lebih cepat dan kuat serta menyempitkan pembuluh darah sehingga berakibat pada peningkatan tekanan darah.
3. Obat darah rendah lainnya
Beberapa obat darah rendah tertentu ditargetkan khusus untuk mengobati kondisi jantung, masalah pembuluh darah, atau masalah sirkulasi darah yang bisa menyebabkan penurunan tekanan darah. Obat-obatan ini dapat bekerja dengan cara yang berbedam, dan satu agen dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis masalah kardiovaskular.
Beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati kondisi tekanan darah rendah yang terjadi saat Anda berdiri(hipotensi ortostatik). Misalnya, obat fludrokortison yang meningkatkan volume darah. Pada kasus hioptensi ortostatik kronis, dokter akan meresepkan obat midodrine (Orvaten)
Pada orang sehat, hipotensi yang tak menimbulkan gejala biasanya bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Namun pada beberapa orang, hipotensi dapat memicu keluhan seperti pusing, bahkan dapat mengakibatkan pingsan. Hipotensi juga dapat mengancam nyawa pada kasus-kasus yang berat.
Tekanan darah yang rendah akan menyebabkan aliran darah tidak cukup ke organ-organ vital seperti jantung maupun otak. Hal inilah yang akan menyebabkan timbulnya keluhan seperti pusing bahkan sampai pingsan.
Keluhan-keluhan lain yang dapat muncul meliputi pandangan kabur, mual, lemas, dan kehilangan konsentrasi. Pada kondisi ekstrem, hipotensi dapat menyebabkan syok yang mengancam nyawa. Hal ini ditandai dengan gejala tambahan seperti kebingungan (terutama pada orang tua), kulit yang dingin dan pucat, napas yang cepat dan dangkal, maupun denyut nadi yang cepat dan lemah.
Jadi, hipotensi yang sudah lama terjadi (kronis) tapi tidak bergejala hampir semua tidak menjadi masalah. Sebaliknya ketika hipotensi menimbulkan keluhan, hal ini yang biasanya menandakan adanya masalah kesehatan yang mendasari.
Apa penyebab hipotensi?
Penyebab terjadinya hipotensi tidak selalu jelas. Hipotensi diduga berkaitan dengan kondisi sebagai berikut :
- Kehamilan
- Gangguan jantung (denyut jantung lambat, gangguan katup jantung, serangan jantung, gagal jantung)
- Gangguan endokrin (penyakit tiroid, hipoglikemia, diabetes)
- Dehidrasi (muntah, diare, demam)
- Kehilangan darah karena perdarahan
- Infeksi berat (sepsis)
- Reaksi alergi berat
- Obat-obatan (obat tekanan darah tinggi, obat antidepresi, obat untuk penyakit Parkinson)
- Alkohol
Jenis hipotensi yang paling umum terjadi, yaitu hipotensi postural. Hipotensi jenis ini terjadi ketika seseorang mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba ketika bangun dari tiduran atau dari duduk ke berdiri. Hal ini biasanya akan menimbulkan pusing. Apabila ini menyebabkan seseorang sampai pingsan, maka disebut sebagai sinkop vasovagal.
Hipotensi postural diperkirakan terjadi akibat kegagalan sistem kardiovaskular atau saraf untuk menyesuaikan diri dengan perubahan secara tiba-tiba.
Bagaimana menangani hipotensi?
Terapi untuk hipotensi bergantung dari penyebabnya. Hipotensi yang tidak menimbulkan gejala pada orang sehat biasanya tidak membutuhkan terapi. Penambahan elektrolit seperti garam pada makanan dapat menghilangkan gejala pada hipotensi ringan. Konsumsi kafein pada pagi hari juga dapat efektif.
Namun pada kasus berat – hipotensi sampai syok – selalu membutuhkan penanganan langsung dari tenaga kesehatan.
Bagaimana cara mencegah hipotensi?
Terdapat beberapa tips untuk mencegah terjadinya hipotensi, seperti:
- Bergerak lambat saat pindah posisi, misalnya dari duduk ke berdiri
- Meninggikan kepala dari tempat tidur
- Meningkatkan konsumsi cairan
- Menghindari duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama
- Jangan mengganti postur atau posisi tubuh secara tiba-tiba
- Menghindari konsumsi alkohol berlebihan dan minum minuman kafein saat malam hari
Hipotensi pada orang sehat yang tidak menimbulkan gejala biasanya tak perlu dikhawatirkan. Namun pada beberapa orang, kondisi ini dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Untuk itu, kenalilah penyebab dan cara mengatasinya agar hipotensi ini dapat ditangani dengan baik.
Sementara hipotensi berarti tekanan pada arteri sangat rendah sehingga darah tidak mengantarkan cukup oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh. Akibatnya, organ tubuh tersebut tidak berfungsi normal dan mungkin akan rusak, baik untuk sementara atau permanen. Hipotensi ditandai dengan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.
2. Hipertensi memiliki tahapan gejala
Hipertensi umumnya memiliki tiga tahapan sesuai dengan terus melonjaknya tekanan darah. Pada tahapan awal atau disebut dengan prahipertensi berada di sekitar 120/80 mmHg sampai dengan 140/90 mmHg. Bila tidak diobati, tekanan darah akan melebihi 140/90 mmHg hingga 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan I. Kemudian, bila kondisi bertambah buruk maka tekanan darah bisa melebihi 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan 2.
3. Gejala dan tanda yang dirasakan
Gejala umum hipertensi meliputi sakit kepala, pusing, sesak napas, penglihatan kabur, terasa berdenyut di leher atau kepala, dan mual.
Sementara itu, gejala umum hipotensi meliputi detak jantung melambat, kepala seperti kliyengan, pusing, dan pingsan.
4. Penyebab terjadinya
Kebanyakan kasus tekanan darah tinggi pada orang dewasa terjadi secara alami (penyebab primer). Ini juga bisa berkembang seiring dengan bertambahnya umur, berat badan, faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, serta penyakit lain yang berisiko sebabkan hipertensi (penyebab sekunder), misalnya diabetes.
Sedangkan penyebab hipotensi adalah perdarahan sedang atau berat, dehidrasi, penggunaan obat-obatan tertentu, peradangan pada organ tubuh seperti pankreatitis akut yang menyebabkan tekanan darah anjlok, serta kondisi atau kelainan yang ada pada jantung.
Antara hipertensi dan hipotensi, mana yang lebih bahaya?
Hipertensi dan hipotensi tidak bisa dibandingkan tingkat keparahannya. Sebab, keduanya sama-sama berisiko menyebabkan komplikasi dalam jangka panjang dan tentunya memberikan pengaruh buruk pada organ tubuh. Komplikasi pada hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga bisa terjadi serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal dan kemungkinan penyakit lainnya. Sementara hipotensi dapat menyebabkan syok (kehilangan cairan atau darah dalam jumlah sangat banyak) yang tentu mengancam nyawa.
Tentu hidup sehat menjadi pilihan Anda, bukan? Daripada membandingkan; mana yang lebih berbahaya, sebaiknya Anda menghindari kedua gangguan tersebut. Dilansir dari Healthline, berikut pedoman untuk menjaga tekanan darah yang sehat seperti:
-Jaga berat badan ideal. Untuk memastikan apakah berat badan Anda sudah ideal, cek di kalkultor BMI ini atau di bit.ly/indeksmassatubuh.
-Jaga pola makan sehat dan seimbang.
-Istirahat dan olahraga yang cukup.
-Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol.
-Rutin mengecek tekanan darah dan konsultasi kesehatan Anda ke dokter.
Sumber :
- https://www.alodokter.com/hipotensi.html
- https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hipertensi-tekanan-darah-tinggi/hipertensi-dan-hipotensi/
- https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3584159/hipotensi-beda-dengan-hipertensi-ini-penjelasannya
- https://lifestyle.okezone.com/read/2018/02/15/481/1859840/lebih-berbahaya-mana-tekanan-darah-tinggi-atau-darah-rendah