Senin, 07 Januari 2019

ASMA

ASMA

Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") merupakan peradangan kronis yang umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus.[2] Gejala umum meliputi mengibatuk, dada terasa berat, dan sesak napas.[3]
Asma pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan lingkungan.[4] Diagnosis biasanya didasarkan atas pola gejala, respons terhadap terapi pada kurun waktu tertentu, dan spirometri.[5] Asma diklasifikasikan secara klinis berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6] Asma dapat pula diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-atopik (intrinsik)[7] dimana atopi dikaitkan dengan predisposisi perkembangan reaksi hipersensitivitas tipe 1.[8]
Terapi untuk gejala akut biasanya dengan menghirup beta-2 agonist reaksi cepat (misalnya salbutamol) dan kortikosteroid oral.[9] Pada kasus yang sangat parah mungkin diperlukan pemberian kortikosteroid intravena, magnesium sulfat dan perawatan di rumah sakit.[10] Gejala ini dapat dicegah dengan menghindari pencetusnya, seperti misalnya alergen[11] dan iritan, dan dengan penggunaan kortikosteroid hirup.[12] Beta agonist reaksi lambat (LABA) atau leukotrien antagonis dapat ditambahkan, selain pemberian kortikosteroid hirup bila gejala asma tidak dapat dikontrol.[13] Prevalensi asma mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 1970an. Pada tahun 2011, 235–300 juta orang terserang asma secara global,[14][15] termasuk adanya 250.000 kematian.[15]

Tanda-tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengisesak napas, dada terasa berat, dan batuk.[16]Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit untuk dikeluarkan.[17] Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin terbentuk apa yang disebut mirip nanah yang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah putih yang disebut eosinofil.[18] Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari atau sebagai respons terhadap kegiatan olahraga atau udara dingin.[19] Pada sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma yang lain mungkin menunjukkan gejala yang nyata dan persisten.[20]

Kondisi yang berkaitan[sunting | sunting sumber]

Sejumlah kondisi kesehatan lain yang sering muncul pada mereka yang menderita asma adalah:penyakit refluks gastroesofagus (GERD), rinosinusitis, dan apnea tidur obstruktif.[21] Gangguan psikologis juga sangat umum[22] dengan munculnya gangguan kecemasan antara 16–52% dan gangguan suasana hati pada 14–41%.[23] Namun tidak diketahui dengan pasti apakah asma menyebabkan gangguan psikologis atau masalah psikologis menyebabkan asma.[24]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan kombinasi yang rumit dan belum sepenuhnya dimengerti.[4][25] Semua faktor ini memengaruhi baik tingkat keparahan dan juga respons terhadap terapi.[26] Adanya peningkatan laju penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan lingkungan hidup yang berubah.[27]

Lingkungan[sunting | sunting sumber]

Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma dan eksaserbasi asma yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi lingkungan lainnya.[28] Merokok selama masa kehamilan dan setelah melahirkan dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk gejala mirip asma.[29] kualitas udara buruk, dari polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi,[30] selalu dihubungkan dengan timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya.[31] Pajanan terhadap uap senyawa organik dalam ruangan dapat memicu asma; pajanan formaldehida, misalnya, menunjukkan hubungan yang positif.[32] Selain itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan dengan asma pada anak-anak dan dewasa[33][34] sebagai sumber pajanan terhadap konsentrasi endotoksin tinggi.[35]
Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan.[36] Alergen dalam ruangan yang umum di antaranya adalah: tungau debukecoa, ketombe hewan, dan jamur.[37][38] Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak efektif.[39] Infeksi virus tertentu pada saluran napas dapat meningkatkan risiko timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya:[40] respiratory syncytial virus dan rinovirus.[41] Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat menurunkan risiko.[41]

Hipotesis kebersihan[sunting | sunting sumber]

Hipotesis kebersihan adalah suatu teori yang mencoba untuk menjelaskan kenaikan laju penderita asma di seluruh dunia sebagai hasil langsung dan tidak terduga dari berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus non-infeksi selama masa kanak-kanak.[42][43] Hal ini telah diungkapkan bahwa berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus, sebagian, disebabkan oleh meningkatnya tingkat kebersihan dan jumlah keluarga pada masyarakat modern.[44] Bukti yang mendukung hipotesis kebersihan ini di antaranya adalah rendahnya penderita asma di tanah pertanian dan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan.[44]
Penggunaan antibiotik pada usia dini juga dihubungkan dengan timbulnya asma.[45] Juga, proses melahirkan melalui bedah sesar juga diasosiasikan dengan meningkatnya risiko asma (diperkirakan antara 20–80%)—peningkatan risiko ini dihubungkan dengan berkurangnya koloni bakteri sehat yang seharusnya didapatkan bayi yang lahir melalui saluran kelahiran.[46][47] Dapat dilihat adanya keterkaitan antara asma dan tingkat kemakmuran.[48]

Genetika[sunting | sunting sumber]

CD14-interaksi endotoksin berdasarkan pada CD14 SNP C-159T[49]
Tingkat endotoksinGenotip CCGenotip TT
Pajanan tinggiRisiko rendahRisiko tinggi
Pajanan rendahRisiko tinggiRisiko rendah
Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen.[50] Bila salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya menderita penyakit ini sekitar 25%.[50] Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah di antaranya:GSTM1IL10,CTLA-4SPINK5,LTC4SIL4R and ADAM33.[51] Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar gen ini, hasil yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji.[51] Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu penelitian asosiasi genetika saja;[51] masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain .[52]
Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan pajanan lingkungan tertentu.[4] sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida tunggal spesifik dalam wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian. Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang tersebut dan juga tingkat pajanan endotoksin.[49]

Kondisi medis[sunting | sunting sumber]

Suatu keadaan tiga serangkai yang terdiri dari eksim atopikrinitis alergi dan asma disebut sebagai atopi.[53] Faktor risiko paling kuat yang menyebabkan timbulnya asma adalah riwayat penyakit atopik;[40] munculnya asma pada laju yang lebih besar pada mereka yang menderita eksim atau demam hay.[54] Asma juga dihubungkan dengan Churg–Strauss syndrome, suatu penyakit autoimun dan vaskulitis. Seseorang dengan tipe urtikaria tertentu juga dapat mengalami gejala asma.[53]
Terdapat korelasi antara obesitas dan risiko asma karena keduanya menunjukkan kenaikan beberapa tahun belakangan ini.[55][56] Beberapa faktor yang mungkin memainkan peranan penting di antaranya adalah menurunnya fungsi pernapasan karena adanya timbunan lemak dan pada kenyataannya jaringan lemak dapat menimbulkan peradangan.[57]
Berbagai obat yang mengandung penyekat beta seperti misalnya propranolol dapat memicu asma pada seseorang yang rentan.[58] Penyekat beta kardioselektif, bagaimanapun, tampaknya aman diberikan pada penderita dengan penyakit asma yang ringan atau sedang.[59]Pengobatan lain yang dapat menyebabkan masalah adalah ASAOAINS, dan inhibitor enzim pengubah angiotensin.[60]  

Serangan asma[sunting | sunting sumber]

Beberapa individu akan menderita asma tanpa gejala/stabil selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan kemudian secara mendadak dalam perjalanannya berkembang menjadi episode asma akut. Individu yang berbeda akan bereaksi berbeda pula terhadap berbagai faktor.[61] Pada sebagian besar individu dapat terjadi peningkatan intensitas gejala suatu penyakit yang berat akibat dari sejumlahpemicu. .[61]
Ada banyak faktor di rumah yang dapat menjad penyebab munculnya serangan asma asma yang meliputi debu, binatang ketombe(terutama rambut kucing dan anjing), kecoa alergen dan jamur.[61]parfum merupakan penyebab serangan asma yang paling umum pada wanita dan anak-anak. infeksi viral dan bakteri s pada saluran pernapasan atas, keduanya dapat memperburuk penyakit ini.[61] Faktor psikologi seperti stress dapat memperburuk gejalanya— Diperkirakan stres dapat mengubah sistem imunitas dan selanjutnya meningkatkan reaksi peradangan saluran napas sebagai respons terhadap alergen dan iritan.[31][62]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]

Potongan jaringan saluran napas memperlihatkan dinding merah muda dengan didalamnya terdapat sekret putih
Penyumbatan pada lumen bronkiiolus dengan eksudat seperti lendir, sel goblet metaplasia, dan penebalan epitelil membran basal pada seseorang yang menderita asma.
Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah.[16] Biasanya terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit Tmakrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara lain sitokinkemokinhistamin, and leukotrien.[41]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Sesak napas.jpg
Walaupun asma merupakan kondisi yang sudah dikenal secara umum, namun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai definisi asma.[41] Definisi yang ditetapkan oleh Global Initiative for Asthma adalah "kelainan peradangan kronis pada saluran napas dimana banyak sel dan elemen sel berperan. Kelainan peradangan kronis tersebut berhubungan dengan respons berlebih dari saluran napas yang menyebabkan mengi berulang, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk terutama di malam hari atau dini hari. Semua kejadian ini biasanya berhubungan dengan penyumbatan saluran napas yang luas namun bervariasi di paru-paru yang dapat pulih secara spontan atau setelah pemberian terapi ".[16]
Pada saat ini tidak ada uji yang tepat untuk melakukan diagnosis melainkan dengan melihat pola gejala penyakit dan reaksinya terhadap terapi..[5][41] Dugaan diagnosis asma adalah bila ditemukan riwayat: mengi berulang, batuk atau sesak napas dan semua gejala ini terjadi atau memburuk karena aktivitas olahraga, infeksi virus, alergen atau polusi udara.[63]Spirometri digunakan untuk konfirmasi diagnosis asma.[63] Untuk anak-anak dibawah usia enam tahun diagnosis asma menjadi lebih sulit karena anak-anak pada usia tersebut terlalu muda untuk menggunakan alat spirometri.[64]

Spirometri[sunting | sunting sumber]

Spirometri direkomendasikan untuk membantu diagnosis penyakit dan manajemen terapi.[65][66] Alat itu satu-satunya alat uji untuk mendeteksi asma. Jika FEV1 diukur oleh teknik ini menunjukkan pengingkatan lebih dari 12% pasca pemberian bronkodilator seperti salbutamol, maka hal ini akan mendukung diagnosis. Hasil pemeriksaan ini dapat saja normal untuk individu yang memiliki riwayat asma ringan, walau saat ini tidak dalam serangan.Single-breath diffusing capacity dapat membantu membedakan asma dari PPOK.[41] Sebaiknya pemeriksaan spirometri dilakukan setiap satu atau dua tahun untuk memastikan seberapa baik kondisi asma seseorang terkontrol dengan terapi.[67]

Lainnya[sunting | sunting sumber]

metakolin provokasi berupa proses inhalasi zat dengan konsentrasi yang tinggi yang dapat menyebabkan penyempitan saluran napas pada individu yang rentanterhadap asma saluran. Jika negatif maka berarti orang tersebut tidak berpenyakit asma; namun jika positif, bukan berarti orang tersebut memiliki asma, karena tes ini tidak spesifik untuk asma..[41]
Bukti pendukung lainnya yaitu: terdapat perbedaan sebesar ≥20% pada puncak laju aliran ekspirasi setidaknya tiga hari dalam seminggu untuk paling tidak dua minggu, kondisi peningkatan ≥20% pada puncak aliran udara setelah dilakukan terapi menggunakan salbutamol, kortikosteroids atau prednison yang dihirup, atau penurunan ≥20% pada puncak aliran udara pasca pajanan terhadap pemicu.[68] Variabilitas uji puncak laju aliran udara lebih besar daripada spirometri, sehingga tes tersebut tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin penegakkan diagnosis. Pemeriksaan tersebut bermanfaat untuk pemantauan harian mandiri pasien dengan asma derajat sedang hingga berat, untuk memeriksa efektivitas pengobatan baru. Pemeriksaan ini dapat juga berfungsi sebagai pedoman terapi pada pasien dengan serangan asma akut..[69]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi klinis (untuk berumur ≥ 12 tahun)[6]
KeparahanSeringnya terjadi gejalaGejala pada waktu malam hari%FEV1 sesuai diperkirakanFEV1Variabilitaspenggunaan SABA
intermiten≤2/minggu≤2/bulan≥80%<20%≤2 hari/minggu
Persisten ringan>2/minggu3–4/bulan≥80%20–30%>2 hari/minggu
Persisten sedangHarian>1/minggu60–80%>30%harian
ersisten beratSecara kontinuSeringnya (7×/minggu)<60%>30%≥dua kali/hari
Asma secara klinis diklasifikasikan berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6]Asma bisa juga diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non- atopik (intrinsik), berdasarkan pada gejala yang munculditimbulkan oleh alergen (atopik) atau bukan (non-atopik).[7] Klasifikasi asma sampai saat ini dibuat berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pada saat ini tidak ada metode lain untuk mengklasifikasikan subgrup asma di luar metode ini.[70] Menemukan cara lain untuk mengidentifikasi subgrup asma yang berespons baik terhadap jenis terapi yang berbeda saat ini menjadi tujuan utama penelitian mengenai asma..[70]
Meskipun asma adalah kondisi obstruktif kronik, penyakit tersebut tidak dianggap bagian dari penyakit paru obstruktif kronik sebab istilah ini digunakan khusus untuk gabungan penyakit yang tidak dapat disembuhkan kembali seperti sediakala seperti bronkiektasis,bronkhitis kronik, dan emfisema.[71] Tidak seperti penyakit diatas, obstruksi saluran napas pada asma biasanya dapat pulih kembali seperti sediakala, akan tetapi bila dibiarkan tanpa terapi, proses peradangan kronis pada asma dapat menyebabkan kondisi obstruksi pada paru-paru menjadi tidak dapat disembuhkan karena perubahan bentuk pada saluran napas.[72] Berbeda dengan emfisema, asma akan mempengaruhi saluran pernapasan, dan bukannya alveoli.[73]

Serangan asma akut[sunting | sunting sumber]

tingkat keparahan serangan asma akut[74]
Hampir menyebabkan kematianPaCO2 tinggi dan/atau membutuhkan bantuan alat ventilasi mekanik
Mengancam nyawa
(orang tertentu pada)
Tanda-tanda klinisPengukuran
Perubahan tingkat kesadaranPuncak aliran < 33%
KelelahanSaturasi Oksigen < 92%
AritmiaPaO2 < 8 kPa
Rendah tekanan darah"Normal" PaCO2
Sianosis
Tidak ada aliran udara yang terdengar
Upaya napas buruk
Sangat akut
(orang tertentu pada)
Puncak aliran 33–50%
Frekuensi pernapasan ≥ 25 bernapas setiap menit
Frekuensi denyut jantung ≥ 110 denyut setiap menit
Tidak dapat menyelesaikan kalimat dalam satu kali tarikan napas
SedangGejala memburuk
Puncak aliran 50–80% terbaik atau diperkirakan
Tidak ada fitur asma sangat berat
Eksaserbasi asma akut biasanya dikenal sebagai suatu serangan asma. Gejala klasiknya adalah sesak nafasmengi, and rasa berat di dada.[41] Walaupun gejala tersebut adalah gejala primer asma,[75] namun beberapa orang dengan asma datang dengan gejala batuk, dan pada kasus yang sangat parah, aliran udara benar-benar terganggu sehingga tidak terdengar lagi suara mengi.[74]
Tanda yang dapat ditemukan pada saat serangan asma yaitu penggunaan otot tambahan untuk bernapas yaitu (sternokleidomastoid dan otot scalenedi leher), terdapat juga denyut nadi paradoks (denyut nadi yang melemah pada saat menarik napas dan denyut nadi menjadi kuat saat menghembuskan napas), serta penggembungan dada yang berlebihan .[76] warna biru di kulit dan kuku bisa terjadi akibat kekurangan oksigen.[77]
Pada asma serangan ringan Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) yaitu ≥200 L/men atau ≥50% dari perkiraan terbaik.[78] Asma serangan sedang yaitu antara 80 sampai 200 L/men atau 25% sampai 50% sesuai dengan perkiraan sedangkan bertambah parah berat yaitu ≤ 80 L/men atau ≤25% dari perkiraan.[78]
Asma serangan berat, sebelumnya dikenal sebagai status asmatikus, adalah bertambah parahnya asma atau serangan asma akut yang tidak memberikan respons terhadap terapi standar dengan bronkodilator dan kortikosteroid.[79] Setengah dari kasus ini terjadi karena infeksi dan yang lainnya terjadi karena alergen, polusi udara atau pemakaian obat yang tidak cukup atau tidak sesuai.[79]
Brittle asthma adalah jenis asma yang menyebabkan serangan berat dan berulang..[74] Tipe 1 asma brittle adalah penyakit dengan puncak aliran yang sangat bervasiasi meskipun dengan pengobatan yang memadai. Tipe 2 brittle asma adalah asma yang sebelumnya sudah terkontrol dengan baik, tiba-tiba mengalami serangan berat.[74]

Asma yang Dipicu oleh Olahraga[sunting | sunting sumber]

Olahraga dapat memicu terjadinya penyempitan saluran pernapasan bronkokonstriksi pada penderita asma maupun bukan.[80] Penderita asma lebih sering mengalami hal ini dan hanya sekitar <20% orang tanpa asma yang mengalaminya.[80] Penyempitan saluran napas pada atlet lebih jamak ditemukan pada kelompok atlet elit dengan angka beragam mulai 3% pada pembalap bobsled sampai 50% pada pembalap sepeda dan 60% pada atlet ski lintas alam.[80] Meskipun asma bisa muncul dalam kondisi cuaca apapun, namun penyakit ini lebih sering terjadi pada kondisi cuaca kering dan dingin.[81] beta2 agonis hirup sepertinya tidak meningkatkan performa atletik para atlet yang tidak mengidap penyakit asma[82] namun pemberian dosis secara oral bisa meningkatkan ketahanan dan kekuatan.[83][84]

Asma yang Dipicu oleh Tempat Kerja[sunting | sunting sumber]

Asma sebagai akibat dari (atau yang diperburuk oleh) pajanan tempat kerja biasanya dilaporkan sebagai penyakit akibat kerja.[85] Namun banyak kasus yang tidak dilaporkan atau disebut sebagai penyakit akibat kerja.[86][87] Diperkirakan, ada 5–25% kasus asma pada orang dewasa yang terkait dengan pekerjaan. Sekitar ratusan ragam jenis agensia dikaitkan dengan kasus-kasus ini. Di antaranya yang paling umum adalah: isosianat, debu biji-bijian dan kayu, resin colophony, cairan solder soldering flux, lateks latex, hewan, dan aldehida. Pekerja yang memiliki risiko paling tinggi antara lain: pekerja yang menggunakan cat semprot, pembuat roti dan pemroses makanan lainnya, perawat, pekerja bahan kimia, pekerja bersama hewan-hewan, tukang las, pemangkas rambut, dan pekerja pemrosesan kayu.[85]

Diagnosis banding[sunting | sunting sumber]

Ada banyak kondisi lain yang bisa menimbulkan gejala-gejala yang mirip gejala pada asma. Penyakit saluran napas bagian atas selain asma pada anak-anak, misalnya rinitis alergi dan sinusitis juga harus dikategorikan sebagai penyebab obstruksi saluran napas, seperti juga: aspirasi benda asing, penyempitan abnormal pada saluran napas utama (stenosis trakea) atau laringotrakeomalasiacincin vaskularkelenjar limfe yang membesar atau benjolan di leher. Kemudian pada orang dewasa, antara lain COPDgagal jantung kongestif, benjolan di saluran napas, serta batuk akibat inhibitor ACE, juga karus dikategorikan sebagai penyebab gejala mirip asma. Sementara yang bisa terjadi pada kedua populasi tersebut yaitu disfungsi pita suara.[88]
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK bisa muncul bersama-sama dengan asma dan bisa juga muncul sebagai komplikasi asma kronis. Setelah usia 65, sebagain besar orang yang mengidap penyakit obstruksi saluran napas juga menderita asma dan PPOK. Dalam hal ini, PPOKbisa dibedakan dari meningkatnya jumlah neutrofil di saluran napas, bertambah tebalnya dinding saluran napas secara abnormal, dan peningkatan jumlah otot polos di bronkus. Meski demikian, tingkat penyelidikan sampai tahap ini tidak dilakukan karena PPOK dan asma memiliki prinsip-prinsip tata laksana yang sama, yaitu: kortikosteroid, beta agonis kerja-lambat, dan penghentian merokok.[89] Selain gejala-gejala PPOKyang mirip dengan gejala pada asma, penyakit ini juga dihubungkan dengan terlalu seringnya terpapar asap rokok, usia tua, gejala yang lebih sulit dipulihkan setelah pemberian obat bronkodilator, serta berkurangnya kemungkinan riwayat atopi keluarga.[90][91]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Efektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak memiliki bukti kuat.[92] Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan terhadap rokok baik pada saat dalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan peningkatan pajanan terhadap tempat penitipan anak atau keluarga besar. Namun, kedua langkah ini tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk dijadikan rekomendasi indikasi penyakit ini.[92] Pajanan terhadap binatang peliharaan pada usia dini juga mungkin bermanfaat.[93] Namun, pengamatan pajanan terhadap hewan peliharaan ini dalam keadaan yang berbeda tidak memberikan hasil meyakinkan[94] dan rekomendasi yang diberikan hanya memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang memiliki gejala alergi terhadap piaraan tersebut.[95] Pembatasan asupan selama masa kehamilan atau pada saat menyusui juga tidak pernah terbukti efektif sehingga tidak direkomendasikan.[95] Pengurangan atau penghilangan senyawa tertentu yang diketahui berasal dari tempat kerja pada orang-orang yang sensitif bisa jadi memberikan hasil efektif.[85]

Tata Laksana[sunting | sunting sumber]

Meskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya bisa disembuhkan.[96] Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus yang bisa disesuaikan untuk pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini harus memasukkan langkah pengurangan pajanan terhadap alergen, pengujian untuk mengetahui tingkat keparahan gejala, dan penggunaan obat-obatan. Rancangan pengobatan harus ditulis dan saran penyesuaian pengobatan harus diberikan berdasarkan terjadinya perubahan-perubahan pada gejala.[97]
Cara pengobatan asma yang paling efektif yaitu menemukan pemicunya, misal merokok, hewan peliharaan, atau aspirin, dan menghilangkan pajanan terhadap pemicu-pemicu tersebut. Jika menjauhi pemicu masih belum cukup, baru disarankan untuk menggunakan obat. Obat farmasi dipilih berdasarkan, antara lain, keparahan penyakit dan frekuensi gejala. Pengobatan khusus untuk asma secara luas dikategorikan dalam obat reaksi-cepat dan reaksi-lambat.[98][99]
Bronkodilator direkomendasikan untuk pelega jangka pendek. Pada pasien yang mendapatkan serangan sesekali, tidak diperlukan obat lain. Jika penyakitnya ringan namun persisten (terjadi serangan lebih dari dua kali dalam seminggu), maka disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dosis rendah atau antagonis leukotriene oral atau stabiliser sel mast. Bagi pasien yang mendapatkan serangan setiap hari, disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dengan dosis yang lebih tinggi. Pada serangan asma sedang atau berat, kortikosteroid oral turut ditambahkan ke dalam rancangan pengobatan ini.[9]

Modifikasi Gaya Hidup[sunting | sunting sumber]

Menjauhi pemicu merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kendali dan mencegah serangan. Pemicu yang paling umum antara lain alergen, rokok (tembakau dan lainnya), polusi udara,penghambat beta non selektif, dan makanan yang mengandung sulfit.[100][101]Merokok dan menjadi perokok pasif dapat mengurangi efektivitas obat seperti kortikosteroid.[102] Pengendalian tungau debu, termasuk penyaringan udara, bahan kimia pembasmi tungau, pengisapan debu, pemakaian sprei, dan metode lainnya tidak berpengaruh pada pengurangan gejala asma.[39]

Obat[sunting | sunting sumber]

Obat yang digunakan untuk menangani asma dibagi menjadi dua kelas umum yaitu: obat pelega napas cepat yang digunakan untuk menangani gejala akut; dan obat pengendali jangka panjang yang digunakan untuk mencegah perburukan lebih lanjut.[98]
Reaksi-cepat
Sebuah tabung kaleng/kanister kecil di atas pegangan plastik berwarna biru
alat hirup Salbutamol metered dose yang biasa digunakan untuk mengobati asma.
  • Reaksi-singkat agonis beta2-adrenoseptor (SABA), seperti salbutamol (albuterol USAN) atau Nama yang Diadopsi Amerika Serikat, merupakan pengobatan garis pertama untuk gejala asma.[9]
  • Obat Antikolinergik, misalnya ipratropium bromida, memberikan manfaat lain saat digunakan dalam kombinasi dengan SABA untuk pasien yang mengalami gejala sedang atau berat.[9] Bronkodilator antikolinergik juga dapat digunakan jika pasien tidak dapat menoleransi SABA.[71]
  • agonis adrenergik versi lama yang kurang selektif seperti epinefrin hirup, memiliki tingkat kemanjuran yang setara dengan jenis SABA.[103] Meski demikian, obat-obatan tersebut tidak direkomendasikan karena kekahawatiran akan terjadinya stimulasi berlebihan terhadap jantung.[104]
Pengendali jangka panjang
Sebuah tabung kaleng kecil/kanister di atas pegangan plastik berwarna oranye
alat hirup Fluticasone propionatemetered dose yang biasa digunakan untuk pengendali jangka panjang.
  • Kortikosteroid secara umum dinilai sebagai obat paling efektif yang tersedia untuk pengendali jangka panjang.[98] Biasanya, bentuk hirup lebih banyak dipakai kecuali untuk kasus penyakit berat yang persisten yang mungkin membutuhkan kortikosteroid oral.[98] Biasanya, formula hirup direkomendasikan untuk digunakan satu atau dua kali sehari, tergantung tingkat keparahan gejala.[105]
  • Long-acting beta-adrenoceptor agonist (LABA) atau Agonis beta-adrenoseptor reaksi-lambat seperti salmeterol dan formoterol dapat memperkuat pengendalian asma, meskipun hanya pada orang dewasa, bila dikombinasikan dengan kortikosteroid hirup.[106] Manfaatnya pada anak-anak belum jelas.[106][107] Jika digunakan tanpa steroid, obat-obatan ini meningkatkan risiko terjadinya efek samping[108], bahkan saat digunakan bersama kortikosteroid, risiko ini tetap sedikit mengalami peningkatan.[109][110]
  • Antagonis Leukotrien (seperti montelukast dan zafirlukast) bisa jadi digunakan bersama kortikosteroid hirup sebagai tambahan, dan secara khusus digunakan dalam satu rangkaian dengan LABA.[98] Tidak ada cukup bukti yang menguatkan manfaat penggunaan obat-obatan ini untuk serangan asma akut.[111][112] Pada anak-anak di bawah lima tahun, obat-obatan ini menjadi terapi tambahan kortikosteroid hirup yang lebih sering dipilih.[113]
  • Stabiliser sel mast (seperti sodium kromolin) adalah pilihan lain yang tidak begitu disukai dibandingkan kortikosteroid.[98]
Metode konsumsi obat
Obat biasanya tersedia dalam bentuk metered-dose inhaler (MDI) yang dikombinasikan dengan spacer asma atau dalam bentuk dry powder inhaler atau DPI. Spacer adalah silinder plastik yang mencampurkan obat dengan udara sehingga obat mudah diterima dalam dosis penuh. Alat nebulizer juga bisa digunakan. Nebulizer dan spacer sama-sama efektif untuk pasien dengan gejala ringan sampai sedang, namun tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah memang ada perbedaan jika diterapkan pada gejala berat.[114]
Dampak merugikan
Penggunaan kortikosteroid hirup dengan dosis konvensional dalam jangka panjang membawa risiko dampak merugikan yang ringan.[115] Risiko tersebut antara lain timbulnya katarak dan menurunnya tinggi perawakan tubuh.[115][116]  

Lain-lain[sunting | sunting sumber]

Bila asma tidak bereaksi dengan obat biasa, pilihan lain tersedia baik untuk tata laksana darurat maupun untuk mencegah kambuh. Untuk tata laksana darurat pilihan lain termasuk:
  • Oksigen untuk meringankan hipoksia bila saturasi jatuh di bawah 92%.[117]
  • Magnesium sulfat pengobatan intravena telah menunjukkan efek bronkodilasi bila digunakan sebagai tambahan pengobatan dalam serangan asma akut berat.[10][118]
  • Helioks, campuran helium dan oksigen, bisa juga dipertimbangkan dalam kasus berat yang tidak menunjukkan respons.[10]
  • Salbutamol intravena tidak didukung oleh bukti tersedia dan oleh karena itu hanya digunakan dalam kasus ekstrim.[117]
  • Metilksantin (seperti teofilin) dulu sering digunakan, tapi tidak memberikan efek tambahan yang berarti untuk beta-agonis yang dihirup.[117] Penggunaannya dalam serangan asma akut masih kontroversial.[119]
  • Anestetik disosiatif ketamin secara teori berguna bila intubasi dan ventilasi mekanis diperlukan pada orang yang hampir mengalami gagalnapas; namun, tidak ada bukti klinis untuk mendukungnya.[120]
Bagi orang yang menderita asma persisten berat yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid dan LABA, bronkial termoplasti bisa menjadi pilihan.[121] Pengobatan ini melibatkan aplikasi energi panas terkontrol ke dinding saluran napas dalam serangkaian sesi bronkoskopi.[121] Walaupun mungkin meningkatkan frekuensi serangan dalam beberapa bulan pertama, frekuensi selanjutnya tampaknya diturunkan. Efek lewat dari setahun belum diketahui.[122]

Pengobatan alternatif[sunting | sunting sumber]

Banyak orang yang menderita asma, seperti mereka yang mengalami gangguan kronis lain, menggunakan pengobatan alternatif; survei menunjukkan sekitar 50% menggunakan terapi non-konvensional.[123][124] Hanya ada sedikit data untuk mendukung efektivitas terapi-terapi ini. Bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaan Vitamin C.[125] Akupuntur tidak dianjurkan untuk pengobatan karena bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.[126][127]Ioniser udara tidak menunjukkan bukti memperbaiki gejala asma atau menguntungkan fungsi paru-paru; ini berlaku baik untuk generator ion negatif maupun positif.[128]
"Terapi manual", termasuk osteopatikkiropraktikfisioterapi dan terapi pernafasan, tidak mempunyai cukup bukti yang mendukung penggunaannya dalam pengobatan asma.[129] Teknik pernafasan buteyko untuk mengontrol hiperventilasi bisa menyebabkan penurunan penggunaan obat namun tidak berpengaruh pada fungsi paru-paru.[99] Sehingga sebuah panel ahli merasa bahwa bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.[126]

Prognosis[sunting | sunting sumber]

Peta dunia dengan Eropa berwarna kuning, sebagian besar Amerika utara dan selatan berwarna jingga, dan Afrika selatan berwarna merah gelap.
Disability-adjusted life year untuk asma per 100.000 penduduk dalam tahun 2004.[130]
  no data
  <100
  100–150
  150–200
  200–250
  250–300
  300–350
  350–400
  400–450
  450–500
  500–550
  550–600
  >600
Prognosis untuk asma biasanya bagus, terutama untuk anak-anak dengan penyakit ringan.[131] Mortalitas sudah menurun selama dua dekade terakhir ini karena pengenalan penyakit yang lebih baik dan perbaikan dalam pengobatan.[132]Secara global asma menyebabkan disabilitas/ ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada 19,4 jutaan orang hingga tahun 2004 (16 jutaan orang yang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah).[133] Dari asma yang didiagnosa selama masa kanak-kanak, separuh dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu dekade.[50] Perubahan saluran napas terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan perubahan yang berbahaya atau bermanfaat.[134]Pengobatan dini dengan kortikosteroid tampaknya mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru.[135]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Peta dunia dengan Eropa, Amerika Utara, Australia dan sebagian besar Amerika Selatan berwarna merah, banyak bagian di Asia kuning, dan kebanyakan Afrika abu-abu
Tingkat asma di berbagai negara di dunia tahun 2004.
  no data
  <1%
  1-2%
  2-3%
  3-4%
  4-5%
  5-6%
  6-7%
  7-8%
  8-10%
  10-12.5%
  12.5–15%
  >15%
Hingga tahun 2011, 235–300 juta orang di seluruh dunia menderita asma,[14][15] dan sekitar 250.000 orang meninggal per tahun karena penyakit ini.[16] Tingkatnya berbeda-beda antar Negara dengan prevalensi antara 1 dan 18%.[16] Lebih sering ditemukan di negara maju dibandingkan negara berkembang.[16] Jadi tingkatnya terlihat lebih rendah di Asia, Eropa Timur dan Afrika.[41] Di negara maju penyakit ini lebih banyak diderita oleh mereka yang kurang beruntung secara ekonomi sementara di negara berkembang lebih biasa ditemukan di kalangan atas.[16] Alasan untuk perbedaan ini tidak diketahui.[16] Lebih dari 80% mortalitas terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.[136]
Walaupun asma dua kali lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan ,[16] asma berat terjadi pada keduanya setara.[137] Sebaliknya wanita dewasa memiliki tingkat asma yang lebih tinggi dibandingkan pria[16] dan lebih sering ditemukan di kalangan orang muda dibandingkan orang tua.[41]
Tingkat asma global telah meningkat secara tajam antara tahun 1960an dan 2008[138][139] sehingga penyakit ini diakui sebagai masalah kesehatan umum utama sejak tahun 1970an.[41] Tingkat asma sudah stabil di negara maju sejak pertengahan 1990an dengan peningkatan terbaru terutama di negara berkembang.[140] Asma diderita sekitar 7% penduduk Amerika Serikat[108] dan 5% penduduk Inggris.[141] Di Kanada, Australia dan Selandia Baru tingkatnya sekitar 14–15%.[142]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asma dikenali di Mesir Kuno dan diobati dengan meminum ramuan dupa yang dikenal sebagai kifi.[143] Penyakit ini secara resmi disebut sebagai masalah pernapasan oleh Hippokrates sekitar tahun 450 Sebelum Masehi, dengan nama Yunani yang berarti "terengah-engah" membentuk dasar dari nama modernnya.[41] Pada tahun 200 SM penyakit ini dipercaya setidaknya sebagian berkaitan dengan emosi.[23]
Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subjek ini mencoba menjelaskan patofisiologi dari penyakit itu, sementara satu pada tahun 1872 menyimpulkan bahwa asma bisa disembuhkan dengan menggosok dada dengan obat gosok kloroform.[144][145] Perawatan medis pada tahun 1880, termasuk penggunaan intravena dari obat yang disebut pilokarpin.[146] Pada tahun 1886, F.H. Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma dan rinitis alergi.[147] Epinefrinpertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905.[148] Kortisteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950an sementara kortisteroid hirup dan agonis beta aksi pendek pilihan mulai banyak digunakan pada tahun 1960an.[149][150]
Selama tahun 1930-50an, asma dikenal sebagai salah satu dari “tujuh besar” penyakit psikosomatik. Penyebabnya dianggap sebagai psikologis, dengan pengobatan sering berdasarkan psikoanalisa dan penyembuhan dengan bicara lain.[151] Karena para psikoanalis ini menginterpretasikan mengi asma sebagai tangisan yang tertahan dari anak yang mencari ibunya, mereka menganggap pengobatan depresi khususnya penting untuk individu yang menderita asma.[151]

Apa itu asma?

Asma adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh peradangan dalam saluran pernapasan. Peradangan ini membuat saluran pernapasan bengkak dan sangat sensitif. Akibatnya, saluran pernapasan menyempit, menyebabkan kurangnya udara yang mengalir ke paru-paru. 
Sel di saluran pernapasan juga mungkin membuat lebih banyak lendir dari biasanya. Lendir ini selanjutnya dapat makin mempersempit saluran pernapasan.
Ada lima jenis umum dari asma, termasuk:
  • Exercise-induced asthma
  • Asma nocturnal (malam hari)
  • Occupational asthma
  • Cough-variant asthma
  • Asma alergi

Kenapa asma tidak boleh dianggap sepele?

Menurut WHO,
  • Asma adalah salah satu penyakit tidak menular yang paling utama. Ini adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan dari paru-paru yang meradang dan membuatnya menyempit.
  • Sekitar 235 juta orang saat ini menderita asma. Ini adalah penyakit umum di antara anak-anak.
  • Asma memiliki tingkat kematian yang relatif rendah dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya tetapi kebanyakan kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah termasuk Indonesia.
  • Obat tidak bisa mengobati, tetapi hanya mengontrol asma.

Penyebab dan Faktor Risiko

Apa penyebab asma?

Penyebab pasti dari penyakit asma belum diketahui. Para peneliti berpikir beberapa interaksi faktor genetik dan lingkungan bisa menyebabkan asma, paling sering terjadi pada awal kehidupan. Faktor-faktor ini meliputi:
  • Kecenderungan untuk mengembangkan alergi, yang disebut atopi (AT-o-pe)
  • Orangtua yang memiliki asma
  • Infeksi saluran pernapasan tertentu selama masa kanak-kanak (ISPA)
  • Kontak dengan beberapa alergen udara atau paparan ke beberapa infeksi virus pada masa bayi atau pada anak-anak usia dini ketika sistem kekebalan tubuh berkembang
Jika asma atau atopi terdapat dalam keluarga Anda, paparan iritan (misalnya, asap rokok) dapat membuat saluran pernapasan Anda lebih reaktif terhadap zat di udara. Serangan asma dapat terjadi ketika Anda terpapar “pemicu asma.” Pemicu Anda bisa berbeda dengan penderita asma lainnya. Pemicu mungkin termasuk:
  • Alergen dari debu, bulu binatang, kecoa, jamur, dan serbuk sari dari pohon, rumput, dan bunga
  • Iritan seperti asap rokok, polusi udara, bahan kimia atau debu di tempat kerja, senyawa dalam produk dekorasi rumah, dan semprotan (seperti hairspray)
  • Obat-obatan seperti aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain dan nonselektif beta-blocker
  • Sulfit dalam makanan dan minuman
  • Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek
  • Aktivitas fisik, termasuk olahraga

Siapa yang berisiko terkena asma?

Menurut WHO, asma adalah penyakit umum di antara anak-anak. Sebenarnya asma mempengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi paling sering dimulai pada masa kanak-kanak karena:
  • Memiliki infeksi pernapasan (risiko tertinggi)
  • Memiliki alergi, eksim (kondisi alergi pada kulit)
  • Orangtua memiliki asma
Di antara anak-anak, anak laki-laki memiliki kecenderungan terkena asma lebih sering dibandingkan anak perempuan. Tapi di antara orang dewasa, wanita lebih sering terkena penyakit ini dibanding pria. Tidak jelas bagaimana seks dan hormon seks memainkan peran dalam menyebabkan asma.
Beberapa orang yang terkena kontak dengan iritasi kimia tertentu atau debu industri di tempat kerja memiliki risiko tinggi asma. Jenis asma ini disebut occupational asthma.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja ciri dan gejala asma?

Ciri-ciri dan gejala asma adalah:
  • Batuk. Batuk asma sering lebih buruk pada malam hari atau pagi, sehingga sulit untuk tidur.
  • Mengi. Mengi adalah suara siulan yang melengking yang muncul ketika Anda bernapas.
  • Dada sesak. Ini mungkin terasa seperti ada sesuatu menekan dada Anda.
  • Sesak napas. Beberapa orang yang memiliki asma mengatakan mereka tidak bisa bernapas atau mereka merasa kehabisan napas. Anda mungkin merasa seperti Anda tidak bisa menghembuskan udara dari paru-paru Anda.
Jika Anda memiliki gejala-gejala ini, tidak selalu berarti Anda menderita asma. Cara terbaik untuk mendiagnosis asma dengan pasti adalah menggunakan tes fungsi paru-paru, riwayat medis (termasuk jenis dan frekuensi gejala), dan pemeriksaan fisik.
Gejala berat bisa berakibat fatal sehingga penting untuk mengobati gejala ketika Anda pertama kali menyadarinya sehingga tidak menjadi parah.

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis asma?

Dokter Anda akan mendiagnosis asma berdasarkan:
  • Riwayat medis dan keluarga. Dokter Anda mungkin bertanya tentang riwayat keluarga Anda terhadap asma dan alergi. Dia juga mungkin bertanya apakah Anda memiliki gejala asma dan kapan dan seberapa sering mereka terjadi. Biarkan dokter Anda tahu apakah gejala Anda tampaknya terjadi hanya selama waktu tertentu atau di tempat-tempat tertentu saja, atau jika gejala memburuk di malam hari. Dokter Anda mungkin juga bertanya tentang kondisi kesehatan terkait yang dapat mengganggu perawatan asma.
  • Pemeriksaan fisik. Dokter akan mendengarkan pernapasan Anda dan mencari tanda-tanda asma atau alergi.
  • Tes fungsi paru. Dokter Anda akan menggunakan tes yang disebut spirometri untuk memeriksa bagaimana paru-paru Anda bekerja. Tes ini mengukur berapa banyak udara yang dapat Anda hirup dan embuskan. Tes ini juga mengukur seberapa cepat Anda dapat meniup udara keluar.
Tes lain mungkin termasuk:
  • Tes alergi untuk mengetahui alergen yang mempengaruhi Anda, jika ada.
  • Tes untuk mengukur seberapa sensitif saluran pernapasan Anda. Ini disebut tes bronkus. Menggunakan spirometri, tes ini berulang kali mengukur fungsi paru-paru Anda selama aktivitas fisik atau setelah Anda menerima peningkatan dosis udara dingin atau kimia khusus untuk dihirup.
  • Sebuah tes untuk menunjukkan apakah Anda memiliki kondisi lain dengan gejala yang sama seperti asma, seperti penyakit refluks, disfungsi pita suara, atau apnea tidur.
  • Rontgen dada atau EKG (electrocardiogram). Tes ini akan membantu mengetahui apakah benda asing atau penyakit lainnya dapat menyebabkan gejala Anda.

Obat & Pengobatan

Apa obat asma yang sering digunakan?


Asma adalah penyakit yang tak bisa disembuhkan. Namun, berbagai cara mulai dari penggunaan obat hingga perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikan gejala asma dan mencegahnya kambuh.
Asma diobati dengan dua jenis obat-obatan: kontrol jangka panjang dan obat pereda instan:
  • Obat kontrol jangka panjang: Kebanyakan orang yang menderita asma harus minum obat kontrol jangka panjang setiap hari untuk membantu mencegah gejala. Obat-obatan jangka panjang adalah yang paling efektif mengurangi peradangan saluran napas, dan membantu mencegah gejala. Obat-obatan ini termasuk: kortikosteroid inhalasi, Cromolyn, Omalizumab (anti-IgE). Jika Anda memiliki asma yang parah, Anda mungkin harus menggunakan pil kortikosteroid atau cair untuk jangka pendek agar asma Anda tetap terkontrol.
  • Obat pereda instan: Semua orang yang memiliki asma memerlukan obat-obatan ini untuk membantu meringankan gejala asma yang mungkin kambuh. Inhalasi short-acting beta2-agonis (Albuterol, pirbuterol, levalbuterol atau bitolterol) adalah pilihan pertama untuk bantuan cepat. Obat-obatan lain adalah Ipratropium (antikolinergik), Prednisone, prednisolon (steroid oral). Anda harus menggunakan obat pereda cepat ketika Anda gejala asma baru mulai muncul. Jika Anda menggunakan obat ini lebih dari 2 hari seminggu, bicarakan dengan dokter Anda tentang kontrol asma Anda. Anda mungkin perlu untuk membuat perubahan rencana tindakan asma Anda.

Perawatan darurat

Kebanyakan orang yang memiliki asma, termasuk anak-anak, dapat dengan aman mengelola gejala mereka dengan mengikuti rencana tindakan asma mereka. Namun, Anda mungkin memerlukan perhatian medis pada waktu tertentu.
Hubungi dokter Anda untuk meminta saran jika:
  • Obat-obatan tidak menghilangkan serangan asma
  • Peak flow Anda kurang dari setengah dari angka peak flow terbaik Anda
Hubungi perawatan darurat jika:
  • Anda memiliki kesulitan berjalan dan berbicara karena kehabisan napas
  • Bibir atau kuku Anda kebiruan.

Komplikasi apa yang mungkin terjadi akibat asma?

Kontrol buruk asma dapat memiliki efek buruk pada kualitas hidup Anda. Kondisi ini dapat mengakibatkan:
  • Kelelahan
  • Tidak bisa beraktivitas secara optimal
  • Masalah psikologis termasuk stres, kecemasan dan depresi
Jika Anda merasa bahwa asma serius mempengaruhi kualitas hidup Anda, hubungi dokter Anda. Rencana tindakan asma Anda mungkin perlu ditinjau untuk lebih mengontrol kondisi.
Dalam kasus yang jarang terjadi, asma dapat menyebabkan sejumlah komplikasi pernapasan serius, termasuk:
  • Pneumonia (infeksi paru-paru)
  • Rusaknya paru-paru sebagian atau keseluruhan
  • Kegagalan pernapasan, di mana kadar oksigen dalam darah menjadi sangat rendah, atau kadar karbon dioksida menjadi sangat tinggi
  • Status asmatikus (serangan asma berat yang tidak merespon pengobatan)
Semua komplikasi ini mengancam nyawa dan membutuhkan perawatan medis.

Bagaimana saya bisa mengontrol asma saya?

Jika Anda memiliki asma, Anda akan membutuhkan perawatan jangka panjang. Keberhasilan pengobatan asma mengharuskan Anda mengambil peran aktif dalam perawatan dan mengikuti rencana tindakan asma Anda. Rencana tindakan ini akan membantu Anda mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan obat Anda. Rencana ini juga akan membantu Anda mengidentifikasi pemicu asma dan mengontrol penyakit Anda jika gejala asma memburuk.
Untuk mengontrol asma, bekerja samalah dengan dokter Anda untuk mengontrol asma Anda atau asma anak Anda. Anak-anak berusia 10 atau lebih tua dan anak-anak yang lebih muda bisa mengambil peran aktif dalam perawatan asma mereka. Mengambil peran aktif untuk mengontrol asma Anda bisa dilakukan dengan cara:
  • Bekerja sama dengan dokter Anda untuk mengobati kondisi lain yang dapat mengganggu perawatan asma
  • Menghindari hal-hal yang memperburuk kondisi asma Anda (pemicu asma). Namun, salah satu pemicu yang tidak perlu Anda hindari adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah bagian penting dari gaya hidup sehat. Bicarakan dengan dokter Anda tentang obat-obatan yang dapat membantu Anda tetap aktif.
  • Bekerja sama dengan perawatan kesehatan lainnya untuk membuat dan mengikuti rencana tindakan asma
  • Pelajari cara menggunakan obat dengan benar
  • Mencatat gejala asma Anda sebagai cara untuk melacak seberapa baik asma Anda terkontrol
  • Anda juga harus melakukan vaksin flu setiap tahun
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Asma
https://hellosehat.com/penyakit/asma/

0 komentar:

Posting Komentar

 

Hmm :") Template by Ipietoon Cute Blog Design